Sumber ilustrasi pixabay.com Sakit seperti ditusuk-tusuk terasa di siksikan (perut di atas kemaluan di bawah pusar), kemudian pindah ...
![]() |
Sumber ilustrasi pixabay.com |
Sakit
seperti ditusuk-tusuk terasa di siksikan (perut di atas kemaluan di bawah
pusar), kemudian pindah ke pusar, dan terasa seperti ada benda keras sebesar
buah pisang menyumbat di hulu hati serta membuat pingsan. Itulah salah satu
ciri seseorang yang terkena bebai atau bebainan menurut Lontar Usada Sasah Bebai seperti
yang dituliskan Ngurah Nala dalam Usada Bali (hal. 185).
Selain
itu, ada pula yang mengalami nyeri, kesemutan, gelisah, dan sakit seperti
ditusuk-tusuk pada seluruh tubuh dengan badan terasa bengkak. Jika rasa sakit
ini sampai di kepala, si penderita akan terlihat seperti orang gila. Apabila
menjalar ke pergelangan tangan menyebabkan kejang-kejang dan mengingau, apabila
sampai ke lidah, bicaranya tidak karuan, sering menjerit-jerit dan menangis
sejadi-jadinya. Saat dipegang akan meronta-ronta dan mengeluarkan tenaga yang
melebihi kekuatan orang biasa.
Ngurah
Nala menyebutkan, bebai ini dibuat dengan raga janin yang digugurkan dan empat
saudara janin (Kanda Pat) yang dikirim ke dalam tubuh seseorang. Inilah yang
membuat seseorang menderita sakit seperti ciri-ciri di atas. “Untuk membuat
bebahi atau bebai yang dipergunakan ialah janin yang lahir atau gugur dari
kandungan setelah berumur 3 bulan,” tulisnya.
Janin
keguguran tersebut disimpan dalam wadah dan dibuatkan sesajen layaknya upacara
pada bayi pada umumnya, seperti upacara kelahiran, kepus pusar atau kepus
pungsed, tutug kambuhan, upacara tiga bulanan, hingga upacara otonan. Semua
ritual ini harus dilaksanakan secara rahasia. Apabila dilanggar akan dikutuk
Bhatara Dalem, kekuatannya hilang dan bisa menjadi petaka bagi pembuatnya.
Akan
dianggap sebagai bebai setelah pada otonan pertama, biasanya saat Kajeng
Kliwon, dibawa kekuburan pada malam hari dan dimohonkan kekuatan pada Bhatari
Durga. Apabila direstui, bayi tersebut akan menjadi sakti dan bisa dikirim oleh
pemilknya kepada orang yang ingin disakiti.
Selain
menggunakan janin yang digugurkan, Ngurah Nala juga menuliskan sarana pembuatan
bebai menggunakan otak manusia yang meninggal karena terbunuh. “Dengan mengambil
sedikit otak dan kulit badan, kulit lengan, serta kulit tungkai orang yang
terbunuh itu pada malam hari, maka dibuatlah sarana bebai,” tulisnya.
Pegiat
lontar yang juga Dosen Bahasa Bali Universitas Udayana, Putu Eka Guna Yasa
menambahkan, janin yang telah menjadi bebai akan menganggap si pemelihara
sebagai orang tuanya. Bebai ini juga perlu darah untuk makanan, baik darah
manusia, maupun darah ayam.
Ia
mengatakan, biasanya yang dominan terkena bebainan yakni perempuan. Hal ini berkaitan
dengan siklus menstruasi, karena disaat titik tertentu ada perasaan yang mudah emosi
yang dimanfaatkan sehingga bisa masuk ke dalam tubuhnya. Bahkan seseorang yang
bebainan ini bisa digerakkan oleh orang yang mengirimkan bebai ke dalam
tubuhnya.
Sementara
itu, Ida Bagus Putra Suta dari Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar,
mengatakan bebai bisa menyerang siapa saja sesuai target pengirimnya. “Namun
yang paling rentan adalah mereka yang ada di akil balik (remaja), dan mereka
yang akan melaksanakan pernikahan,” katanya sebagaimana dikutif dari BaliExpress.
Cara
mecegah agar bebai tak bisa masuk ke dalam tubuh menurut Suta yakni dengan
rajin melaksanakan persembahyangan, meminta keselamatan pada leluhur agar
senantiasa mendapat perlindungan. Sedangkan menurut Lontar Usada Cukildaki yang
dikutif dari babadbali.com kurban untuk menyembuhkan orang yang terkena bebaian yakni tumpeng tiga biji
berwarna merah, hitam, dan kuning. Diisi alas nasi berwarna, diisi dengan telur
yang hampir menetas, beralaskan kulit sasayut, juga buah-buahan dan
geti-geti.
BACA JUGA: 10 Pertanda Baik maupun Buruk dari Perilaku Anjing Peliharaan
“Inilah pembuat dukun agar ampuh, perlengkapan sesajennya beras, tiga genggam, tiga jemput, kelapa, sebiji, sesisir pisang, satu biji gula merah, pada saat memuja memegang linting (api dengan sumbu dari kapas dan diberi tangkai), minyaknya harum, setelah mengucapkan mantra, si sakit diobori, sebanyak tiga kali, kurban persembahan itu kemudian dibuang di jalan simpang tiga, jangan menoleh. Juga kurban persembahan untuk penolak sakit, sasayut, tumpeng satu biji, dialasi dengan kulit sasayut, berisi buah-buahan yang semuanya masak, bunga, tiga warna, pelita tiga, tangkai, daksina, penyeneng, sesajen, tiga, porsi, lengkapi dengan sesari (uang),” tulisnya.
BACA JUGA: 10 Pertanda Baik maupun Buruk dari Perilaku Anjing Peliharaan
“Inilah pembuat dukun agar ampuh, perlengkapan sesajennya beras, tiga genggam, tiga jemput, kelapa, sebiji, sesisir pisang, satu biji gula merah, pada saat memuja memegang linting (api dengan sumbu dari kapas dan diberi tangkai), minyaknya harum, setelah mengucapkan mantra, si sakit diobori, sebanyak tiga kali, kurban persembahan itu kemudian dibuang di jalan simpang tiga, jangan menoleh. Juga kurban persembahan untuk penolak sakit, sasayut, tumpeng satu biji, dialasi dengan kulit sasayut, berisi buah-buahan yang semuanya masak, bunga, tiga warna, pelita tiga, tangkai, daksina, penyeneng, sesajen, tiga, porsi, lengkapi dengan sesari (uang),” tulisnya.
Sementara
untuk menyucikan orang terkena bebai, dan penyakit yang disebabkan gangguan
oleh gangguan ilmu hitam yakni ikan asin dan telur, pulut dan pulut hitam, buah
sirih dan boreh harum, minyak harum, benang satukal, uang kepeng 225 keping.
Sesajen ini dipersembahkan di sanggah kemulan. Ucapkan mantra, Om
ang ung ung ung mang Om, anampek dewa tiga hyang pukulun anampa dewa kamulan,
ngawijilang kasakten, carma saji dewa di dhalem purusa sakti, dewa di puseh,
ulun angaji kasakten, mijil kasakten amor sakti, hyang hyang sakti, Om bhuta
taksu asih, manut sore dewata bayu. Sementara untuk bahan ramuannya berupa kulit
widuri putih, kulit pohon kendal, kulit pohon bekul, temu tis,
gula, sinrong, dijadikan loloh (obat minum) yang kemudian diminum. (TB)