Sumber Foto: https://www.populartags.org Kajeng Kliwon merupakan hari raya Hindu yang dilaksanakan setiap 15 hari sekali berdasarkan ...
![]() |
Sumber Foto: https://www.populartags.org |
Kajeng
Kliwon merupakan hari raya Hindu yang dilaksanakan setiap 15 hari sekali
berdasarkan perhitungan kalender Bali. Hari Raya ini merupakan pertemuan antara
Tri Wara yakni Kajeng dengan Pancawara yakni Kliwon. Biasanya umat Hindu
merayakannya dengan melakukan persembahyangan di merajan masing-masing.
I
Gede Sutarya dalam Bangli Explore Pariwisata Budaya, Agama dan Spiritual mengatakan saat Kajeng Kliwon, umat biasanya mengaturkan tipat dampulan (ketupat
besar), tipat kelanan (tipat yang lebih kecil berjumlah enam buah) dan ada juga
yang mengaturkan tipat gong (ketupat yang bentuknya seperti gong). Semua
katupat ini dilengkapi dengan taluh bakasem (telur asin). "Semua upacara tersebut
dipersembahkan kepada panunggun karang (penjaga pakarangan)," katanya.
Sutarya
juga menuliskan, saat Kajeng kliwon, umat biasanya melakukan upacara bhuta
yadnya. Hal dikarenakan orang Bali percaya jika Kajeng Kliwon merupakan hari
untuk bhuta kala. Dahulu, saat Kajeng
Kliwon biasanya masyarakat takut ke luar rumah sebab mereka tak jarang
menemukan makhluk-makhluk gaib. "Mereka masih percaya bahwa jika ingin
melihat mahluk halus, berjalanlah malam hari tepat Kajeng Kliwon,"
tulisnya.
Selain
itu, sesuai dengan filsafat Hindu di Bali, Kajeng Kliwon memang bermakna waktu
kematian. Kajeng Kliwon adalah perpaduan hari yang berada di pertengahan, Kajeng
berada di tengah dan Kliwon juga berada di tengah. "Tengah merupakan
posisi Dewa Shiwa, yang merupakan dewa pelebur. Sakti dari dewa ini adalah Dewi
Durga yang merupakan dewi kematian. Jadi, posisi tengah adalah posisi kematian
menurut kepercayaan Hindu di Bali. Sebab, kematian, menurut umat Hindu,
bukanlah akhir tetapi tengah perjalanan menuju kehidupan yang lain,"
imbuhnya.
Menurut
Sutarya, saat inilah para bhuta kala akan mengganggu, menarik sang roh untuk
lahir kembali bahkan bisa menariknya lebih bawah daripada itu. Karena itu, umat
diajarkan untuk waspada saat hari-hari seperti ini.
Dosen
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Arsitektur Unwar, I Wayan Runa dalam artikelnya
Pengaruh Budaya (Agenda Kegiatan) Masyarakat, Dalam Pengungkapan Sistem Desa
Tenganan menyebutkan hari terpenting dari siklus tiga hari adalah hari ketiga
yaitu Kajeng, dan hari terpenting dari siklus lima hari adalah hari kelima
yaitu Kliwon. Kajeng dan Kliwon terjadi pada hari kalender yang sama sesetiap 3
x 5 = 15 hari. Dan Kajeng Kliwon ini juga dianggap sebagai hari terpenting
dalam Kalender Tenganan.
Pada
Lontar Sundarigama disebutkan Nihan taya amanah, kunang ring panca terane,
semadi Bhatara Siwa, sayogia wong anadaha tirtha gocara, ngaturaken wangi ring
sanggar, muang luwuring paturon maneher menganing akna cita. Wehana sasuguh
ring natar umah, sanggar, ring dengen, dening sega kepel duang kepel dadi
atanding, wehakna ada telung tanding, iwaknia bawang jae. Kang sinambat ring
natar, Sang Kala Bucari. Ring sanggar Bhuta Bucari. Ne ring dengen, Sang Durga
Bucari Ika pada wehana labaan, nangken kaliyon, kinon rumaksa umah, nimitania.
Pada anemu sadia rahayu. Kunang yan kala biyantara keliyon, pakerti tunggal
kayeng lagi.
Berarti,
ketika Pancawara Kliwon, merupakan saat beryoganya Bhatara Siwa. Umat saat ini
melakukan penyucian dengan menghaturkan wangi-wangian pada merajan, dan diatas
tempat tidur. Selain itu, di halaman rumah, halaman merajan dan pintu keluar
masuk pekarangan rumah, juga mempersembahkan segehan kepel sebanyak dua kepel yang
dibuat dalam satu tandingan. Di setiap tempat itu, juga disuguhkan tiga tanding
segehan kepel yakni di halaman merajan untuk Sang Bhuta Bhucari, di pintu
keluar masuk untuk Sang Durgha Bhucari, serta di halaman rumah untuk Sang Kala
Bhucari.
Lebih
lanjut, dalam lontar tersebut disebutkan, kadi ring keliyon nemu atutan kewala
tambahane sega warna limang warna, dadi awadah, ring dengen juga genahing caru
ika, ika sanding lawang ring luur, aturane canang lenga wangi burat wangi,
canang gantal, astawakna ring Durga Dewam, ne ring sor, ring Durga Bucari, Kala
Bucari buta Bucari, palania ayu paripurna sira aumah, yania tan asiti mangkana
I Buta Bucari, aminta nugeraha ring Bhatari Durga Dewem, mangerubadin sang
maumah, angadakakan desti, aneluh anaranjana, mangawe gering sasab merana,
apasang pengalah, pamunah ring sang maumah, muang sarwa Dewa kabeh, wineh kinia
katadah da waduanira Sang Hyang Kala, nguniweh sewaduanire Dewi Durga, tuhunia
mangkana, ayua sira alpa ring wuwus manai.
Ini
berarti, sarana upakara saat Kajeng Kliwon sama dengan saat Pancawara Kliwon, namun
ada tambahan berupa segehan manca warna (lima warna) lima tanding. Pada
samping kori sebelah atas dihaturkan canang wangi-wangi, burat wangi, canang
yasa, dan yang dipuja ialah Hyang Durga Dewi.
Menurut
lontar tersebut, jika hal itu tidak dilakukan, Sang Kala Tiga Bhucari akan
memohon penugrahan kepada Bhatara Durga Dewi untuk mengganggu penghuni rumah,
dengan jalan mengadakan gering atau penyakit dan mengundang kekuatan black
magic, segala merana, mengadakan pemalsuan, yang merajalela di rumah. Hal ini
akan mengakibatkan perginya para Dewata dan akan memberi kesempatan para
penghuni rumah untuk ditadah (disantap) oleh Sang Hyang Kala bersama-sama
dengan abdi Bhatara Durga.
I.
B. Suparta Ardhana dalam Pokok-pokok Wariga menyebutkan ada jenis Kajeng Kliwon
Uwudan dan Kajeng Kliwon Enyitan. Kajeng Kliwon Uwudan merupakan hari baik
untuk menghidupkan ilmu hitam atau pengiwa, sedangkan Kajeng Kliwon Enyitan
merupakan hari baik untuk membuat sasikepan (jimat) atau sesuatu yang
berkekuatan gaib. Kajeng Kliwon Uwudan ini adalah Kajeng Kliwon yang
diperingati setelah Purnama, sedangkan Kajeng Kliwon Enyitan dilaksanakan
setelah Tilem. Juga ada Kajeng Kliwon Pamelastali yang jatuh pada Minggu Wuku
Watugunung.
Sedangkan
Jro Mangku I Wayan Satra sebagaimana yang dikutif dari Bali Express mengatakan saat
malam Kajeng Kliwon sering dianggap sebagai hari sangkep-nya (rapatnya) Leak di
Bali. "Penganut aji Pangliyakan akan berkumpul mengadakan puja bakti
bersama untuk memuja Shiva, Durga, dan Bhairawi. Ritual Kajeng Kliwon ini
biasanya dilaksanakan di Pura Dalem, Pura Prajapati atau di Kuburan atau
uluning setra, pemuwunan," katanya. (TB)
Berikut Videonya
Berikut Videonya