Sumber: phdi.or.id Pada saat Yudistira menyelenggarakan upacara Rajasuya di Indraprastha, seluruh kesatria di penjuru Bharatawarsha diund...
![]() |
Sumber: phdi.or.id |
Pada saat Yudistira menyelenggarakan upacara Rajasuya di Indraprastha, seluruh kesatria di penjuru Bharatawarsha diundang, termasuk sepupunya yaitu Duryodana. Duryodana dan Dursasana terkagum-kagum dengan suasana balairung Istana Indraprastha.
Mereka tidak tahu bahwa di tengah-tengah istana ada kolam. Air kolam begitu jernih sehingga dasarnya kelihatan sehingga tidak tampak seperti kolam. Duryodana dan Dursasana tidak mengetahuinya lalu mereka tercebur. Melihat hal itu, Drupadi tertawa terbahak-bahak. Duryodana dan Dursasana sangat malu. Mereka tidak dapat melupakan penghinaan tersebut, apalagi yang menertawai mereka adalah Drupadi yang sangat mereka kagumi kecantikannya.
Ketika tiba waktunya untuk memberikan jamuan kepada para undangan, sudah menjadi tradisi bahwa tamu yang paling dihormati yang pertama kali mendapat jamuan. Atas usul Bisma, Yudistira memberikan jamuan pertama kepada Sri Kresna.
Melihat hal itu, Sisupala, saudara sepupu Sri Kresna, menjadi keberatan dan menghina Sri Kresna. Penghinaan itu diterima Sri Kresna bertubi-tubi sampai kemarahannya memuncak. Sisupala dibunuh dengan Cakra Sudarsana.
Pada waktu menarik Cakra, tangan Sri Kresna mengeluarkan darah. Melihat hal tersebut, Dewi Drupadi segera menyobek kain sari-nya untuk membalut luka Sri Kresna. Pertolongan itu tidak dapat dilupakan Sri Kresna.
Setelah menghadiri upacara Rajasuya, Duryodana merasa iri kepada Yudistira yang memiliki harta berlimpah dan istana yang megah. Melihat keponakannya termenung, muncul gagasan jahat dari Sangkuni. Ia menyuruh keponakannya, Duryodana, agar mengundang Yudistira main dadu dengan taruhan harta, istana, dan kerajaan di Indraprastha.
Duryodana menerima usul tersebut karena yakin pamannya, Sangkuni, merupakan ahlinya permainan dadu dan harapan untuk merebut kekayaan Yudistira ada di tangan pamannya. Duryodana menghasut ayahnya, Drestarastra, agar mengizinkannya bermain dadu. Yudistira yang juga suka main dadu, tidak menolak untuk diundang.
Yudistira mempertaruhkan harta, istana, dan kerajaannya setelah dihasut oleh Duryodana dan Sangkuni. Karena tidak memiliki apa-apa lagi untuk dipertaruhkan, maka ia mempertaruhkan saudara-saudaranya, termasuk istrinya, Drupadi.
Akhirnya Yudistira kalah dan Drupadi diminta untuk hadir di arena judi karena sudah menjadi milik Duryodana. Duryodana mengutus para pengawalnya untuk menjemput Drupadi, namun Drupadi menolak.
Setelah gagal, Duryodana menyuruh Dursasana, adiknya, untuk menjemput Drupadi. Drupadi yang menolak untuk datang, diseret oleh Dursasana yang tidak memiliki rasa kemanusiaan. Rambutnya ditarik sampai ke arena judi, tempat suami dan para iparnya berkumpul.
Perempuan cantik itu hanya bisa menjerit pilu kemudian menangis tersedu-sedu saat diseret seorang pria berangasan ke tengah-tengah balairung sebuah istana megah. Gelungnya terlepas, rambutnya yang panjang dan lebat terurai tak beraturan. Dahinya terluka akibat terhempas saat diseret kasar, darah merah mengalir.
Drupadi menatap nanar ke sekelilingnya. Ia menatap tajam Dursasana, pria berangasan yang menyeretnya. Matanya memerah. Air mata sudah habis tumpah. Para kurawa tertawa tergelak penuh kemenangan. Sangkuni, tersenyum penuh kelicikan dan puas. Drestarata, maharaja yang buta juga menyunggingkan senyum.
Bhisma, Widura, Resi Kripa dan Mahaguru Drona serta para tetua hanya bisa melihat dirinya dengan iba, tanpa bisa berbuat apa-apa. Ia lalu memandang suaminya, panca Pandawa yang tengah tertunduk malu dan tak kuasa membalas pandangan istrinya.
Tatapanya berhenti ke arah Yudhistira, suaminya yang begitu tega mempertaruhkan dirinya di meja judi sehingga kini dirinya menjadi budak dan dipermalukan di depan umum. Drupadi kemudian memandang Bhima yang perkasa namun kini hanyalah budak yang tak punya daya.
Pandanganya lalu beralih ke Arjuna, ksatria perkasa, pemanah terbaik di dunia yang telah memenangkan diri dan hatinya, namun Arjuna pun sama, diam memendam malu dan amarah tanpa bisa berbuat untuk menyelamatkan dirinya. Nakula dan Sadewa juga bertingkah sama.
Drupadi, kini hanya bisa meratap. Ia dipermalukan di muka umum, di depan lima suaminya yang perkasa-perkasa itu. Duryodana kemudian berteriak dan menyuruhnya duduk di pangkuannya.
Karena Duryudana sudah melewati batas, Bima pun bersumpah akan membunuh Duryodana dengan menghajar pahanya. Duryudana tersenyum mengejek mendengar sumpah Bhima.
Bhisma yang agung, kali ini tak kuasa untuk menahan emosinya. Ia kemudian meminta kepada Raja Drestarata untuk membebaskan Drupadi. Widura juga meminta kepada kakaknya itu untuk melepaskan Drupadi dan mengakhiri kebiadaban itu. Namun, Drestarata adalah Raja Buta mata dan buta hatinya. Duryodana kemudian memerintahkan Dursasana, untuk melucuti pakaian Drupadi.
Drupadi sebenarnya adalah perempuan yang pernah memikat hatinya. Namun ia kalah dan dimenangkan Arjuna dan menjadi milik Pandawa yang sangat dibencinya.
Drupadi, menurut Duryudhana, juga pernah mempermalukan dirinya di Istana Indraprasta. Ia mengusulkan pelucutan senjata Para Kurawa saat upacara penobatan Yudhistira.
Drupadi juga tak kuasa menahan senyum saat melihat dirinya jatuh di kolam yang dikiranya seperti lantai di Istana Indraprasta yang megah. Harga dirinya sebagai lelaki terkoyak. Ia mendendam kepada Drupadi. Sekarang, Ia pun melampiaskan dendamnya dengan mempermalukan Drupadi sekaligus menghancurkan harga diri para suaminya.
Mendengar perintah Duryudana, Dursasana maju kedepan, mendekati tubuh Drupadi dan ingin segera melakukan perintah kakaknya dengan senang hati. Ia dipenuhi birahi yang bergejolak. Hasratnya sudah diubun-ubun untuk menelanjangi Drupadi.
Bhisma, Resi Kripa, Mahamenteri Widura, Mahaguru Drona tertunduk malu. Mereka, para tertua yang mengajarkan dan menjaga dharma kini harus melihat sebuah kebiadapan di depan mata. Para Pandawa, kini hanyalah budak. Mereka telah dilucuti. Memendam malu, amarah dan hanya bisa bersumpah tanpa bisa berbuat apa-apa untuk menyelamatkan istrinya yang akan segera ditelanjangi di depan umum.
Drupadi pasrah dan hanya bisa berdoa dalam hati. Ia tak bisa minta perlindungan dari siapa-siapa kini selain meminta ke Dewa. Dursasana kemudian menjambak rambut Drupadi dengan kasar dan mulai menarik kain sari penutup tubuh Drupadi.
Namun ajaib, kain tersebut terulur-ulur terus dan tak habis-habis. Hal ini karena mendapat kekuatan gaib dari Sri Kresna yang melihat Drupadi dalam bahaya. Pertolongan Sri Kresna disebabkan karena perbuatan Drupadi yang membalut luka Sri Kresna pada saat upacara Rajasuya di Indraprastha. (TB)
Tonton videonya di sini