net. Duryodana atau Suyodana merupakan putra sulung Dretarastra dan Gandari, pasangan keluarga bangsawan Kerajaan Kuru. Duryodana menikah d...
net. |
Duryodana atau Suyodana
merupakan putra sulung Dretarastra dan Gandari, pasangan
keluarga bangsawan Kerajaan Kuru. Duryodana menikah dengan putri Prabu
Citranggada dari Kalinga dan mempunyai dua anak, masing-masing
bernama Laksmanakumara (Lesmana Mandrakumara)
dan Laksmana (Lesmanawati).
Dengan belajar ilmu bela diri dari
gurunya, yaitu Krepa, Drona, dan Baladewa, Duryodana menjadi
sangat kuat dengan senjata gada, dan setara dengan Bima, seorang Pandawa
yang hebat dalam kekuatan fisik.
Berikut 8 fakta tentang sosok
Duryodana.
1. Lahir dari Gumpalan Daging
Dalam Adiparwa dikisahkan, Gandari
hamil dalam jangka panjang yang tidak wajar, melebihi 9 bulan. Sementara itu,
Pandu dan Kunti telah dikaruniai seorang putra yang diberi nama Yudistira.
Setelah mendengar kabar tersebut, Gandari merasa iri dan frustasi sehingga ia
memukul-mukul kandungannya.
Akhirnya, Gandari melahirkan
gumpalan daging berwarna keabu-abuan. Kemudian Gandari memohon
bantuan Byasa, seorang pertapa sakti yang masih memiliki hubungan keluarga
dengan Dinasti Kuru, yang kemudian memberi berkah seratus orang anak
kepadanya.
Byasa memotong gumpalan daging
tersebut menjadi seratus bagian, dan memasukkannya ke dalam pot. Kemudian
pot-pot tersebut ditanam di dalam tanah selama satu tahun. Setelah satu tahun,
pot tersebut digali kembali. Yang pertama kali dikeluarkan dari pot tersebut
adalah Duryodana, diiringi oleh Dursasana, dan adik-adiknya yang lain.
2. Ada Pertanda Buruk Saat Kelahiran
Duryodana
Tanda-tanda yang buruk mengiringi
kemunculan Duryodana dari dalam pot. Para brahmana di keraton
merasakan adanya tanda-tanda akan bencana yang buruk. Widura, menteri
kerajaan yang merupakan adik Dretarastra mengatakan bahwa tanda-tanda
seperti itu merupakan peringatan bahwa putra tersebut akan mendatangkan
kekerasan yang dapat mengakhiri garis Dinasti Kuru.
Widura dan Bisma menyarankan
agar putra tersebut dibuang, tetapi Dretarastra tidak mampu
melakukannya karena cinta dan luapan perasaan akan kelahiran putra pertamanya
itu.
3. Pernah Dipermalukan Drupadi
Dalam Sabhaparwa diceritakan
bahwa Duryodana datang berkunjung ke Istana Indraprastha, keraton yang
didirikan oleh para Pandawa. Ia terkagum-kagum dengan kemegahan istana
tersebut.
Saat memasuki sebuah ruangan, ia
mengira sebuah kolam sebagai lantai, sehingga akhirnya tercebur. Kejadian
tersebut disaksikan oleh Drupadi sehingga ia tertawa terpingkal-pingkal.
Duryodana pun merasa terhina akan tanggapan Drupadi.
Setelah pulang
dari Indraprastha, Duryodana sibuk memikirkan cara merebut
harta Yudistira. Sangkuni, paman Duryodana
dari Gandhara menawarkan ide untuk mengajak Yudistira main dadu
dengan taruhan harta dan kerajaan.
Niat tersebut disetujui oleh
Duryodana, demikian pula Dretarastra yang terbujuk oleh Sangkuni.
Pada hari yang dijanjikan, Yudistira bermain dadu dengan Duryodana yang
diwakilkan oleh Sangkuni. Di awal permainan, Sangkuni membiarkan Yudistira
menikmati kemenangan, tetapi pada pertengahan permainan, kemenangan terus
dimenangkan oleh Sangkuni berkat kesaktiannya dalam mengatur angka dadu.
Setelah Yudistira kehilangan harta
dan kerajaannya dalam perjudian, ia pun mempertaruhkan kebebasan adik-adiknya,
termasuk istrinya. Namun tak satu pun yang dimenangkan oleh Yudistira, sehingga
Pandawa dan Drupadi pun menjadi budak Duryodana. Para Pandawa pun diminta untuk
melepaskan pakaian dan perhiasan mereka.
4. Memerintahkan Dursasana
Menelanjangi Drupadi
Setelah Yudistira kalah dan
mempertaruhkan Drupadi, Duryodana mengutus Dursasana, adiknya sendiri
untuk menjemput Dropadi. Dropadi tetap menolak untuk hadir di arena permainan,
sehingga Dursasana menyeretnya secara paksa.
Di arena permainan, Duryodana
meminta Dropadi untuk menanggalkan pakaiannya, tetapi ia menolak, sehingga
Dursasana mencoba menelanjanginya. Namun berkat pertolongan gaib
dari Kresna, kain yang dikenakan Dropadi tidak habis meski terus-menerus
ditarik dan diulur-ulur. Setelah Dursasana kelelahan, akhirnya Bima bersumpah
bahwa ia akan merobek dada Dursasana, serta membinasakan para Korawa.
5. Mendapat Kekebalan dari Gandari
Gandari pada awalnya ia merasa cemas
akan nasib Duryodana setelah para Korawa gugur di pertempuran. Agar putranya
tersebut mencapai kemenangan, ia memberikan sebuah kekuatan ajaib yang berasal
dari kedua matanya yang ia tutup. Kekuatan tersebut dapat membuat tubuh
Duryodana kebal terhadap berbagai macam serangan. Sebelum memberikan
anugerahnya, ia menyuruh Duryodana agar mandi terlebih dahulu, kemudian
memasuki tenda dalam keadaan telanjang.
Dalam perjalanan ke tempat ibunya,
Duryodana berpapasan dengan Kresna yang baru saja datang mengunjungi
Gandari. Kresna mencela dan mengejek Duryodana yang hendak menghadap ibunya
sendiri dalam keadaan telanjang. Karena malu, Duryodana menutupi bagian bawah
perutnya, termasuk bagian paha.
Saat Duryodana memasuki tenda,
Gandari pun membuka penutup matanya. Saat matanya terbuka, kekuatan ajaib
dilimpahkan ke tubuh Duryodana. Namun Gandari melihat bahwa Duryodana menutupi
bagian bawah perutnya.
Ia pun berkata bahwa bagian tersebut
tidak akan kebal dari serangan musuh, karena bagian tersebut ditutupi saat
Gandari melimpahkan anugerahnya.
6. Melakukan Pertarungan Gada dengan
Bima
Dalam kitab kesepuluh yakni
Salyaparwa, hanya segelintir perwira di pihak Korawa yang masih bertahan hidup.
Pada pertempuran di hari kedelapan belas, ia mengangkat Salya sebagai senapati
pihak Korawa, tetapi pada hari itu juga Salya gugur di tangan Yudistira.
Menjelang akhir peperangan tersebut,
Duryodana melarikan diri ke sebuah telaga untuk memulihkan tenaga. Ia disusul
oleh para Pandawa dan kesatria Pancala yang mengira bahwa Duryodana
mencoba kabur. Saat mereka tiba di tepi telaga dan menemukan Duryodana, Yudistira
menantangnya untuk menghadapi Pandawa.
Duryodana menyatakan bahwa ia tidak
ingin melanjutkan perang, serta berencana untuk memberikan kerajaannya
kepada Yudistira. Namun Yudistira tidak mau ada anggapan bahwa kerajaan
tersebut adalah pemberian Duryodana. Sebaliknya ia mengajukan tawaran, bahwa
Duryodana harus bertarung dengan salah satu Pandawa; jika Pandawa itu
dikalahkan, maka Yudistira akan mengakui kekalahannya. Duryodana memilih
bertarung dengan senjata gada melawan Bima. Kedua-duanya
memiliki kemampuan yang setara dalam memainkan senjata gada karena mereka
berdua menuntut ilmu kepada guru yang sama, yaitu Baladewa.
7. Pahanya Dipukul Gada Saat Perang
Terakhir Oleh Bima
Pertarungan mereka terjadi dengan
sengit karena keduanya sama-sama kuat dan sama-sama ahli bergulat dan bertarung
dengan senjata gada. Setelah beberapa lama, Duryodana mulai berusaha untuk
membunuh Bima.
Pada waktu itu, Kresna mengingatkan
Bima akan sumpahnya bahwa ia akan mematahkan paha Duryodana karena perbuatannya
yang melecehkan Dropadi. Atas petunjuk Kresna tersebut, Bima mengingat
sumpahnya kembali dan langsung mengarahkan gadanya ke paha Duryodana. Setelah
pahanya dipukul dengan keras, Duryodana tersungkur dan roboh. Ia mulai
mengerang kesakitan, sebab bagian tubuhnya yang tidak kebal telah dipukul oleh
Bima.
Saat Bima ingin mengakhiri riwayat
Duryodana, Baladewa datang untuk mencegahnya dan mengancam bahwa ia
akan membunuh Bima. Baladewa juga memarahi Bima yang telah memukul paha
Duryodana, karena sangat dilarang untuk memukul bagian itu dalam pertempuran
dengan senjata gada.
Kresna kemudian menyadarkan Baladewa
bahwa sudah menjadi kewajiban bagi Bima untuk menunaikan sumpahnya, yaitu
mematahkan paha Duryodana. Kresna juga membeberkan kecurangan-kecurangan yang
dilakukan oleh Duryodana. Duryodana lebih banyak melanggar aturan-aturan perang
daripada Bima.
8. Sempat Mengangkat Aswatama
Menjadi Senapati Sebelum Tewas
Dalam kitab Sauptikaparwa,
hanya tiga kesatria yang bertahan hidup dan masih berada di pihaknya,
yaitu Aswatama, Krepa, dan Kertawarma. Dalam keadaan sekarat,
Duryodana sempat mengangkat Aswatama sebagai senapati, dan berpesan agar Aswatama
membalaskan dendamnya untuk membinasakan para Pandawa.
Aswatama pun menyusup ke perkemahan
para Pandawa pada malam hari, tetapi Pandawa sedang tidak berada di sana.
Sebaliknya, ia
membunuh Drestadyumna, Srikandi, Pancakumara, Utamoja,
Yudamanyu, dan sisa laskar Pandawa. Ia kemudian kembali ke tempat Duryodana dan
menceritakan pembalasan dendam yang telah dilakukannya. Tak lama kemudian,
Duryodana gugur.
Setelah Duryodana
gugur, Sanjaya kehilangan mata batinnya sehingga ia tidak mampu lagi
menceritakan kejadian di Kurukshetra kepada Dretarastra. (TB)
Berikut Video Lengkapnya