Sumber majalahjustforkids.com Konon dahulu kala, Pulau Bali dan Pulau Jawa adalah satu daratan. Kedua pulau ini menyatu, dan akhirnya ter...
Sumber majalahjustforkids.com |
Konon
dahulu kala, Pulau Bali dan Pulau Jawa adalah satu daratan. Kedua pulau ini
menyatu, dan akhirnya terpisah akibat kesalahan yang dilakukan oleh Manik
Angkeran.
Diceritakan,
pada zaman dahulu kala, ada seorang lelaki yang sakti bernama Sidi Mantra. Sidi
Mantra memiliki anak tunggal yang bernama Manik Angkeran. Ayahnya sangat
memanjakan anaknya. Namun, Manik Angkeran adalah anak yang manja dan suka
berjudi. Hal tersebut membuat keluarga mereka jatuh miskin. Kepada sang ayah,
Manik Angkeran selalu memohon untuk diberi uang. Karena tak tega dengan
anaknya, Sidi Mandra mengabulkan permintaan anaknya.
Untuk
bisa mengabulkan permintaan anaknya, Sidi Mantra kemudian pergi ke Gunung Agung
untuk menemui Naga Basuki. Sidi Mantra pun membunyikan lonceng yang dibawa dan
membaca doa-doa. Tak lama kemudian Naga Basuki keluar, dan Sidi Mantra memohon
agar diberikan perhiasan dan emas yang akan diberikan kepada anaknya. Naga
Basuki mengabulkan permintaannya. Sidi Mantra pun pulang dan memberikan
perhiasan kepada anak semata wayangnya dan meminta agar berhenti berjudi. Namun
Manik melanggar janji. Perhiasan dan harta yang diberi ayahnya kembali habis
untuk berjudi.
Kemudian,
Manik Angkeran tahu, jika ayahnya mendapat perhiasan dari Naga Basuki. Ia pun
mencuri lonceng milik ayahnya dan menemui Naga Basuki. Setiba di Gunung Agung,
Manik menyembunyikan lonceng milik ayahnya. Naga Basuki yang mengetahui Manik
mengatakan akan memberi perhiasan asalkan Manik berjanji untuk berhenti
berjudi. Manik pun senang mendapatkan harta. Namun sikap tamaknya muncul untuk
menguasai harta lebih banyak. Ia melihat ekor Naga Basuki yang berisi permata
lalu memotong ekornya.
Mengetahui
hal itu, Naga Basuki pun marah dan membunuh Manik Angkeran. Sidi Mantra sedih
dan meminta Naga Basuki menghidupkan kembali Manik Angkeran. Naga Basuki
menyetujui dengan syarat Sidi Mantra dan Manik Angkeran tinggal di tempat yang
berbeda. Setelah anaknya dihidupkan kembali, dengan kekuatanya, Sidi Mantra
menggunakan tongkat dan menoreh tanah membuat garis besar antara ia dan anaknya
Manik Angkeran yang telah hidup kembali. Dari garis itu, air mengalir dan
menjadi sungai besar hingga akhirnya menjadi selat yang memisahkan Jawa dan
Bali. Orang-orang kemudian menyebut selat itu sebagai Selat Bali. Itu adalah
cerita terbentuknya Pulau Bali versi dongeng. Berikut adalah versi ilmiahnya.
Proses
terbentuknya Pulau Bali ini bisa dilihat di museum Geopark Batur. Pulau Bali
diperkirakan sudah terbentuk sejak 23 juta tahun yang lalu. Saat itu, gunung
api bawah laut yang terletak di timur Pulau Jawa sedang menunjukkan
aktivitasnya.
Akibat
aktivitas itu, magma panas keluar dari perut bumi, mengendap, dan mengalami
pengerasan. Hasil aktivitas selama beberapa waktu akhirnya membentuk daratan
yang kini dikenal sebagai Pulau Bali.
Pembentukan
Pulau Bali tidak hanya terjadi dalam sekali waktu, namun melalui
proses yang cukup panjang. Endapan magma yang membentuk Pulau Bali pun
tidak hanya berasal dari satu gunung, namun beberapa. Magma berasal dari
lapisan bawah kulit bumi, suhunya sangat panas sehingga melelehkan kerak bumi
di atasnya atau yang dikenal dengan hotspot. Selain aktivitas gunung api
bawah laut, pulau Bali juga dibentuk dari hasil endapan bawah laut
yang diduga berasal dari erosi batuan yang terdapat di Pulau Jawa bagian
timur.
Sementara
itu, dikutif dari Tribun Bali, Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Pengurus
Daerah Bali, I Ketut Ariantana menjelaskan pembentukan
Pulau Bali bukan merupakan pecahan dari Pulau Jawa, ataupun
pulau-pulau lainnya. Hal itu dia disampaikan saat menjadi salah satu pemateri
dalam Diklat Penyuluh Mitigasi Bencana Gunung Api yang diselenggarakan oleh
Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Geologi, Mineral dan Batubara di Grand
Inna Kuta, Badung pada Senin 4 Juni 2018. Menurutnya, Berdasarkan pemodelan
yang dilakukan oleh Robert Hall, Pulau Bali terbentuk sekitar 15 juta
tahun yang lalu. Semula ditandai dengan gerakan lempeng yang muncul ke permukaan
dan berbentuk gunung. Batuan tertua sebagai cikal bakalnya
Pulau Bali terdapat di wilayah Ulakan, Karangasem. Setelah
mengalami berbagai tumbukan, muncullah gunung-gunung yang lain.
Sementara
itu, dikutip dari situs tarubali.baliprov.go.id menuliskan, Bali telah dihuni
oleh bangsa Austronesia sekitar tahun 2000 sebelum Masehi yang bermigrasi dan
berasal dari Taiwan melalui Maritime Asia Tenggara. Budaya dan bahasa dari
Orang Bali demikian erat kaitannya dengan orang-orang dari kepulauan Indonesia,
Malaysia, Filipina, dan Oseania. Alat-alat batu yang berasal dari saat itu
telah ditemukan di dekat desa Cekik di sebelah barat pulau Bali.
Pada
masa Bali kuno, terdapat sembilan sekte Hindu yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa
Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Setiap sekte
menghormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya. Budaya Bali sangat
dipengaruhi oleh budaya India, Cina, dan khususnya Hindu, mulai sekitar abad 1
Masehi.
Nama
Bali Dwipa (“pulau Bali”) telah ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk
pilar prasasti Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914
Masehi yang menyebutkan “Walidwipa”. Pada masa itu sistem irigasi Subak yang
kompleks sudah dikembangkan untuk menanam padi. Beberapa tradisi keagamaan dan
budaya masih ada sampai saat ini dan dapat ditelusuri kembali pada masa itu.
Kerajaan Hindu Majapahit (1293-1520 Masehi) di Jawa Timur mendirikan sebuah
koloni di Bali pada tahun 1343. Ketika masa kejayaan sudah menurun, ada eksodus
besar-besaran dari intelektual, seniman, pendeta, dan musisi dari Jawa ke Bali
pada abad ke-15. (TB)