Istimewa Saat menjabat sebagai Bupati Tabanan, Bali, ternyata Ni Putu Eka Wiryastuti membangun Candi Leluhur Majapahit. Candi ini dibangun...
Istimewa |
Saat
menjabat sebagai Bupati Tabanan, Bali, ternyata Ni Putu Eka Wiryastuti membangun
Candi Leluhur Majapahit. Candi ini dibangun di Desa Sumertanggul Kecamatan
Mojosari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Candi leluhur Majapahit terletak di
dalam Pura Sasana Bina Yoga yang mulai dibangun sejakTanggal 7 Januari
2016.
Dikutip
dari situs berita gatra.com, candi ini diresmikan pada Minggu, 19 Juni 2016.
Adapun pembangunan candi ini memakan waktu satu setengah bulan itu. Eka mengatakan,
pembangunan candi ini merupakan perhatiannya yang tulus dari dirinya yang
memiliki kecintaan terhadap leluhur Majapahit. Bahkan saat itu ia mengaku akan
menurunkan tim untuk membuat film dokumenter sejarah Kerajaan Majapahit.
Baginya,
pendirian candi ini merupakan bukti nyata kepedulian terhadap sejarah, serta
wujud kecintaan terhadap kebesaran bangsa Indonesia. Ia menambahkan, generasi
sekarang tidak bisa hanya melihat masa ini dan masa depan saja, namun jika
ingin menjadi bangsa yang besar, harus melihat ke belakang, kepada sejarah yang
pernah terbangun di negeri ini serta belajar dari para pendahulu kita.
Ia
pun berharap ini bisa menjadi inspirasi para pemimpin dan masyarakat, serta
membangun rasa kepedulian terhadap sejarah dan belajar dari pengalaman
pemimpin-pemimpin yang lalu untuk mengembalikan kejayaan Nusantara. “Dan
kebetulan saya keturunan kerajaan Majapahit. Untuk itu, secara ikatan batin
saya wajib memberikan bukti pengabdian kepada leluhur Majapahit sebagai wujud
rasa cinta kasih kepada leluhur,” kata Eka dikutip dari Republika.
Pada
peresmian Candi leluhur Majapahit tersebut dilangsungkan
Upacara Pemelaspasan. Candi tersebut disebutkan bisa dijadikan rumah
ibadah bagi umat Hindu yang berada di Desa Mojosari tersebut. “Dengan adanya
candi ini, besar harapan kami kepada pemimpin dan calon pemimpin masa depan
Indonesia mendapatkan tuntunan untuk menjadikan bangsa ini lebih baik dan bisa
mengembalikan kejayaan nusantara dengan mengedepankan spiritual sebagai pondasi
kuat untuk membangun,” katanya.
Sementara
itu, Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kabupaten Tabanan saat itu, I
Wayan Tontra, yang menjadi Ketua Pelaksana dalam acara persemian candi tersebut
mengapresiasi hal yang dilakukan oleh Eka.
Ia
memuji sosok Bupati Tabanan dalam memimpin daerahnya tersebut patut dicontoh. “Ia
memiliki sisi spiritual yang kuat, dan dalam memimpin daerahnya, ia kerap
menyeimbangkan antara pembangunan fisik dan mental,” katanya. Menurutnya,
dengan adanya candi ini dapat menjadi nilai wisata,dan dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat sekitar.
Bupati
Mojokerto, Mustofa Kamal Pasa yang hadir dalam peresmian tersebut turut
mengungkapkan pentingnya membangun sejarah, terlebih antusiasme masyarakat yang
hadir pada saat peresmian Candi Leluhur Majapahit. "Hubungan Mojokerto
dengan Tabanan penuh dengan sejarah, maka dengan adanya Candi ini dapat lebih
mengikatkan persaudaraan kami," kata Mustofa. Menurutnya, selain sebagai
tempat peribadatan umat Hindu, tentunya hal ini dapat meningkatkan nilai wisata
daerah.
Ni
Putu Eka Wiryastuti merupakan bupati perempuan pertama di Bali. Dia menjabat
sebagai bupati Tabanan selama dua periode yakni pada periode 2010–2015 dan
terpilih kembali untuk periode 2016–2021. Ia adalah putri dari bupati
sebelumnya yakni Nyoman Adi Wiryatama yang kini menjabat sebagai Ketua DPRD
Bali.
Dikutip
dari Merdeka.com, wanita kelahiran Minggu, 21 Desember 1975 tersebut mempunyai
konsep Bakti dan Ngayah kepada Tabanan, untuk memajukan Tabanan menjadi lebih
baik dari sebelumnya saat menjadi bupati. Ia memiliki bintang Sagittarius.
Sejak
kecil ia sudah dididik untuk selalu berjuang dengan gigih dalam mencapai tujuan
serta meraih mimpi-mimpinya. Mungkin tidak banyak yang tahu keseharian putri N.
Adi Wiryatama yang juga mantan Bupati Tabanan dua periode tersebut. Eka
sehari-harinya hampir sama dengan wanita-wanita lain pada umumnya, mulai dari
memasak, perawatan dan olahraga merupakan kegiatan yang biasa dilakoninya pada
waktu luang. Saat menjabat ia mempunyai visi Tabanan Serasi, yaitu Tabanan
Sejahtera Aman Berprestasi bisa kita wujudkan bagi masyarakat kita di Tabanan.
Saat
menjadi bupati, Eka sudah menyusun program di berbagai bidang. Salah satu
program yang tengah gencar dilakukan yakni bedah rumah, bantuan kepada koperasi
dengan dana bergulir. Selain itu program lain dalam kepemimpinannya yakni
memberantas pengangguran dan menanggulangi kemiskinan yang ada.
Di
bidang pendidikan ia juga getol meningkatkan layanan mutu pendidikan salah
satunya dengan memberikan sekolah gratis untuk badan penyuluh. Begitu juga di
bidang kesehatan dengan gebyar pemeriksaan kesehatan dalam upaya memberantas
kanker rahim yang diyakini penyakit kaum hawa yang mematikan. Dibidang
pertanian dia mencoba meringankan pajak dan subsidi akan pupuk ataupun bibit
kepada petani.
Sebagai
warga Tabanan yang cinta akan daerahnya Eka berharap seluruh program yang
dibuat dalam masa kepemimpinannya mampu memberikan yang terbaik serta
mensejahterakan masyarakat Tabanan. Menurut dia, Tabanan adalah milik bersama
yang kemajuan dan kesuksesannya ada di dalam masyarakat sendiri.
Dikutip
dari Wikipedia, diketahui jika ia menikah pada tahun 2012 dengan seorang pria
yang berasal dari Jakarta bernama Bambang Aditya. Pernikahan dilangsungkan
dengan nuansa adat Bali. Bambang menyandang nama I Made Dwi Saputra. Namun
kemudian ia resmi bercerai dengan Bambang Aditya pada tanggal 22 Agustus 2017.
Pada
tanggal 26 September 2018, pukul 17.00 WITA, ibunda dari Eka, Ni Ketut Suprapti
meminggal dunia di usia 66 tahun di ruang ICU RSUP Sanglah, Denpasar setelah
menderita stroke. Ibunda Ni Putu Eka Wiryastuti, dan istri dari ketua DPRD
Bali, Nyoman Adi Wiryatama tersebut meninggal dunia setelah dirawat di rumah
sakit selama 10 hari
Sementara
itu, dikutip dari redaksi9.com, Eka mengkau jika dirinya merupakan perempuan
pertama sebagai mangku sangging. Selain itu ia juga selaku Penasehat Perguruan
Siwa Murti.
Saat
mendapat kehormatan menjadi “Sangging” dalam kegiatan Metatah Masal yang
digelar di Pesraman Yayasan Siwa Murti, di Griya Agung Bang
Pinatih, Denpasar, Kamis 30 Juli 2020.
Ia
menuturkan menjadi sangging itu tidak mudah. "Saat melakukan ritual itu
godaannya besar jadi harus butuh energi yang besar untuk menghindari hal-hal
negative yang mungkin terjadi," kata Eka saat itu. Ia berharap, semoga
kedepan banyak sangging-sangging perempuan yang bisa melakukan yadnya
seperti ini. "Kita masih membutuhkan sanging-sanging yang bisa
melaksanakan metatah massal di setiap -setiap desa, setiap kampung untuk
meringankan beban masyarakat,” ujarnya.
Selain
itu, perjalanan karirnya juga telah dijadikan sebuah buku. Buku ini berjudul
"Investasi Hati", yang merupakan biografi dari Ni Putu Eka
Wiryastuti. Aprilia Hariani, adalah penulis buku ini.
Sebagai
penulis Investasi Hati, Aprilia mengungkapkan bahwa Eka Wiryastuti dinilai
sebagai sosok yang spesial terutama karena kemampuannya meyakinkan masyarakat
menerima pemimpin perempuan yang selama ini belum pernah terjadi di Bali.
Ketulusan hati Eka mengabdi yang disebutnya dalam buku sebagai 'menabung karma'
membuat keinginan menulis akhirnya direalisasikan.
"Bupati
ini berhasil mengangkat profesi petani dengan membeli hasil produksi tani dan
asuransi petani sekaligus menahan warga menjual lahan pertanian pada investor
yang memang banyak terjadi di Bali. Dari segi kesehatan, Eka Wiryastuti juga
visioner karena menggratiskan pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan dan
pengobatan kanker serviks. Program sederhana itulah yang kemudian membuat saya
tertarik menulis buku Investasi Hati ini," katanya.
Aprilia
juga mengungkap, sosok Eka Wiryastuti bisa menjadi inspirasi bagi perempuan
masa kini yang ternyata sangat mungkin berprestasi di bidang pemerintahan dan
politik. "Pengalaman Bu Eka ini kami harap bisa menjadi inspirasi agar
perempuan tak takut berprestasi dalam berbagai macam hal, misalnya saja politik
atau bisnis," katanya.
Buku
Investasi Hati sendiri diluncurkan 21 Desember 2016 lalu di mana hasil
penjualannya digunakan untuk program charity. Buku ini menceritakan perjalanan
hidup Eka, capaian menjadi bupati perempuan pertama Tabanan hingga torehan
prestasi sebagai bupati. Buku ini juga sempat didiskusikan di Pusat Studi
Ekonomi Kerakyatan UGM.