Sumber Foto: pixabay.com Nusa Penida merupakan nama salah satu pulau yang berada di Kabupaten Klungkung, Bali. Pulau ini merupakan pulau ...
Sumber Foto: pixabay.com |
Nusa Penida merupakan nama salah satu pulau yang berada
di Kabupaten Klungkung, Bali. Pulau ini merupakan pulau yang terbesar dari tiga
gugusan pulau dimana dua pulau lainnya bernama Nusa Ceningan dan Nusa
Lembongan. Adapun luas ketiga gususan pulau ini kurang lebih 200 kilometer persegi.
Diringkas dari artikel Sumberdaya Arkeologi di Pulau Nusa
Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali yang disusun oleh Ni Komang Ayu
Astiti dan dimuat dalam Forum Arkeologi Volume 25 Nomor 1 April 2021 dituliskan
daerah ini sudah mempunyai peranan penting dalam sejarah Bali sejak awal abad
X. Hal ini dapat diketahui dari tulisan pada batu yang ditemukan di Desa
Blanjong Sanur dimana pulau Nusa Penida disebut dengan nama gurun. Sementara
itu, dalam sumber tertulis baik berupa babad-babad dan paswara-paswara Bali, pulau
ini lebih sering disebut dengan nama Nusa atau Nusa Penida dan dinyatakan
sebagai wilayah taklukan Kerajaan Klungkung.
Dulu daerah ini dijadikan sebagai tempat pembuangan atau
pengasingan orang-orang yang dianggap bersalah atau melanggar aturan baik
secara politik maupun adat. Dalam Babad Belah Batuh yang di tulis pada abad
XVII secara eksplisit menyebutkan bahwa di daerah Nusa Penida telah ada
penguasa yang bergelar Dalem. Dalam menjalankan pemerintahannya Dalem ini
kurang memperhatikan kesejahtraan dan hak-hak rakyatnya. Hal ini menyebabkan
rakyat melaporkan kepada penguasa di Kerajaan Gelgel agar mengirimkan pasukan
untuk menurunkan penguasa yang ada di Nusa Penida.
Penguasa Geigel kemudian mengirimkan penglima Gusti
Ngurah Jelantik untuk mecnyerang penguasa tersebut dan berhasil sehingga daerah
ini dikuasai oleh Kerajaan Gelgel. Peristiwa ini ditegaskan lagi dalam Babad
Dalem yaitu yang dimaksud dengan penguasa di Nusa Penida adalah penguasa Dalem
Bungkut atau Dalem Dukut.
Dari persepsi masyarakat tentang Dalem Dukut ini ada dua
yaitu Pura Dalem Sukun di Batu Kandik (pegunungan) dan di Banjar Bodong
(pesisir). Sementara itu, dalam Babad Nusa Penida menyatakan bahwa pusat
kekuasaan penguasa Nusa Penida pada awalnya berada di daerah Puncak Mundi.
Berawal dari Puncak Mundi inilah menyebar pusat-pusat kekuasaan seperti di daerah
pesisir (Ped) yang pada hakekatnya menjadi satu kesatuan yang berhubungan erat
dengan Puncak Mundi.
Data sejarah lainnya juga menyebutkan bahwa Pulau Nusa
Penida juga pernah menjadi bagian dari Kerajaan Klungkung. Kerajaan Klungkung
adalah pengganti dari kerajaan Gelgel yang jatuh sekitar tahun 1704 M.
Pada tahun 1929 Pemerintah Belanda mengeluarkan keputusan
yang menetapkan bahwa Cokorda Oka Geg sebagai Zelbetuur Klungkung yang terdiri
dari empat distrik salah satunya adalah Kecamatan Nusa Penida.
Sementara ku, mitos yang berkembang pada masyarakat Nusa
Penida menyatakan bahwa Puncak Mundi merupakan cikal bakal adanya tatanan
masyarakat yang bernafaskan Hindu di daerah ini. Adanya mitos tentang Dukuh Jaumpungan
scbagai pendeta asli di Nusa Penida merupakan refleksi adanya pengaruh agama
Hindu di daerah ini.
Dalam mitos ini disebut kanbahwa Ciwa dengan saktinya
Dewi Uma mempuyai seorang anak yang bernama Dewa Kumara. Anak ini sangat dekat
dengan ayahnya yakni Dewa Ciwa dan seolah-olah tidak peduli dengan ibunya kecuali
pada saat menyusui. Tingkah laku Dewa Kumara membuat murka Dewi Uma sehingga ia
berusaha mencari kesempatan untuk membunuh anaknya.
Perbuatan jahat ini membuat marah Dewa Siwa dan mengutuk
Dewi Uma menjadi seorang manusia yang sangat menyeramkan yang bemama Dewi
Rohini. Tempat tinggal Dewi Rohini ini pada sebuah pohon besar yang berada di Pura
Puncak Mundi. Hal ini membuat Dewa Siwa merasa bersalah terhadap perbuatannya,
sehingga beliau juga ikut turun ke dunia dan menjelma sebagai manusia. Dewa Siwa
dan Dewi Uma akhirnya kembali hidup berdampingan wujud sebagai Dukuh yang
bernama Dukuh Sakti Jumpungan.
Keturanan dari Dukuh Sakti Jumpungan ini akhirnya menjadi
cikal bakal para dewa yang berstana di kawasan Nusa Penida. Di daerah Nusa
Penida, selain Puncak Mundi sehagai pusat peradaban Agama Hindu, terdapet juga
tempat-tempat lain yang mempunyai peranan penting seperti di Daerah Sukun. Daerah
ini di duga sebagai pusat pemernintahan yang pernah menguasai daerah Nusa
Penida pada masa itu. Peranan daerah ini diduga berkembang setelah masa-masa
kemudian yaitu sekitar abad XVII.
Penelitian arkeologi di Pulau Nusa Penida diawali oleh
kunjungan Claire Holt, seorang peneliti Belanda pada tahun 1930an dan hasil
kunjungannya ke daerah ini diterbitkan dalam majalah Djawa pada tahun 1933
dengan judul The Bandit Island A Short Exsploration Trip to Nusa Penida.
Claire Holt menyebut Nusa Penida dengan Bandieten Eiland
yang menggambarkan masyarakat Nusa terdiri dari para Bandit atau Nusa Penida
adalah pulau yang pernah menjadi sarang perampok. Dalam laporan tersebut telah
disinggung temuan arkeologi berupa arca-arca kuna yang disimpan di beberapa
pura di daerah ini serta temuan pura-pura kuno.
Sementara itu, dalam penelitian sejarawan Ida Bagus
Sidemen, Penjara di Tengah Samudra: Studi tentang Nusa Penida sebagai Pulau
Buangan yang dikutip dari Historia.id mengatakan pulau ini disebut Pulau Bandit
oleh Claire Holt dikarenakan sangat berkaitan dengan kebijakan raja-raja Bali
yang menjadikan Nusa Penida tempat “pembuangan” untuk nara pidana di kerajaan
mereka. Kerajaan Klungkung, Gianyar, dan Bangli, menjadikan Nusa Penida penjara
utama bagi para pelanggar hukum yang dijatuhi hukuman pengasingan seumur hidup.
Pulau ini dipilih dikarenakan keadaan alamnya yang
dianggap dapat menyengsarakan para terhukum. Selain itu, ada kepercayaan di
antara raja Bali tentang keberadaan ilmu hitam di Nusa Penida. Bagi raja, para
tahanan itu juga merupakan tumbal untuk kekuatan gaib di Nusa Penida yang
setiap tahun selalu menyerang Bali.
Sementara itu, dikutip dari laman nusapenida.org mengatakan
jika Nusa Penida terdiri dari kata Nusa yang artinya pulau dan Penida yang
artinya pendeta. Sehingga Nusa Penida memiliki arti pulau pendeta. (TB)
Referensi:
Sumberdaya Arkeologi di Pulau Nusa Penida, Kabupaten
Klungkung, Provinsi Bali yang disusun oleh Ni Komang Ayu Astiti dan dimuat
dalam Forum Arkeologi Volume 25 Nomor 1 April 2021
https://historia.id/kuno/articles/di-balik-keindahan-nusa-penida-DB81x/page/3
https://nusapenida.org/id/budaya-sejarah-nusa-penida-dan-bali