Ini merupakan kisah hidup seorang Rsi yang bernama Rsi Wiswamitra. Beliau merupakan bagian dari Sapta Rsi atau tujuh Rsi penerima wahyu Tuh...
Ini merupakan kisah hidup seorang Rsi yang bernama Rsi Wiswamitra. Beliau merupakan bagian dari Sapta Rsi atau tujuh Rsi penerima wahyu Tuhan. Nama Wiswamitra juga muncul dalam kitab Ramayana, bersama dengan Resi Wasista. Namun dalam Ramayana, Resi Wiswamitra berasal dari keturunan kesatria dan dulu merupakan seorang raja.
Wiswamitra merupakan keturunan seorang raja pada zaman India Kuno, dan ia juga dipanggil Kaushika (keturunan Kusha). Ia merupakan kesatria yang gagah berani yang merupakan cicit dari raja bernama Kusha. Salah satu dari empat putera Kusha adalah Kushanubha, yang melaksanakan upacara Puthrakameshti dan mendapatkan putera bernama Gadhi sebagai hasilnya. Kaushika, atau Wiswamitra, adalah putera Raja Gadhi. Kaushika menggantikan ayahnya dan memerintah dengan baik. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya.
Pada suatu ketika, Raja Kaushika (Wiswamitra) beserta angkatan perangnya yang kuat beristirahat di asrama Resi Wasista. Dengan penuh sopan santun, Resi Wasista menyambut Raja Kaushika. Resi Wasista menunjukkan segala keindahan dan kemakmuran di lingkungan pertapannya, termasuk lembu sakti yang dimilikinya yang bernama Sabala.
Lembu sakti tersebut dapat menciptakan segala sesuatu yang diinginkan oleh majikannya, ibarat mata air yang tidak pernah kering. Melihat kesaktian lembu tersebut, Kaushika berkeinginan untuk memilikinya. Kemudian ia mengerahkan angkatan perangnya untuk merebut Sabala.
Menanggapi hal tersebut, Resi Wasista menyuruh Sabala agar menciptakan angkatan perang. Maka tak lama kemudian, pertempuran terjadi antara pasukan Kaushika dengan pasukan yang diciptakan Sabala. Saat pasukan Kaushika terdesak, pasukan Sabala semakin bertambah. Akhirnya Kaushika mengakui kekalahannya dan pergi dari asrama Resi Wasista.
Setelah menyerahkan tahta kerajaan kepada salah satu puteranya, Kaushika pergi ke gunung Himalaya dan melakukan tapa memuja Dewa Siwa. Setelah Siwa muncul karena berkenan dengan tapa yang dilakukan Kaushika, Kaushika memohon agar ia memperoleh senjata sakti. Siwa mengabulkan permohonan tersebut dan memberikan senjata sakti kepada Kaushika. Dengan senjata sakti tersebut, Kaushika datang kembali ke asrama Resi Wasista.
Setelah mengerahkan segala senjata yang diperolehnya melalui tapa, Kaushika belum mampu menaklukkan Wasista karena hanya dengan sebuah tongkat bernama Brahmadanda, Wasista mampu melumpuhkan segala senjata sakti Kaushika, termasuk senjata Brahmastra yang dianggap sebagai senjata paling mematikan dalam Mitologi Hindu. Karena merasa bahwa anugerah yang diberikan Dewa Siwa sia-sia, Kaushika mohon pamit dan meninggalkan asrama Wasista dengan malu.
Setelah kekalahannya di asrama Wasista, Kaushika bertapa memuja Dewa Brahma untuk memperoleh gelar Brahmaresi supaya menyamai Resi Wasista. Setelah bertapa selama bertahun-tahun, Dewa Brahma muncul karena berkenan, kemudian memberi gelar Rajaresi kepada Kaushika.
Untuk memperoleh gelar Brahmaresi, Kaushika melakukan tapa yang sangat berat. Namun ia tidak dapat menahan amarah selagi melakukan tapa, sehingga berkali-kali usaha yang ia lakukan gagal. Setelah menyadari kesalahannya, Kaushika melanjutkan tapa yang lebih berat. Karena berkenan dengan tapa yang dilakukannya, Dewa Brahma muncul dan memberi gelar "Resi sejati" kepada Kaushika.
Pada suatu ketika, kekuatan yang diperolehnya melalui tapa terkuras habis karena melakukan upacara besar demi menolong Raja Trisangku. Maka dari itu, Kaushika melakukan tapa yang lebih berat di Pushkara. Melihat keteguhan hati Kaushika, para dewa mengirimkan bidadari cantik bernama Menaka untuk menggodanya.
Menaka diutus oleh Indra, Raja para Dewa, untuk menggagalkan tapa yang dilakukan oleh Wiswamitra. Namun ia takut menjalankan tugas sendirian, sebab ia tahu bahwa kutukan Wiswamitra yang sedang marah sangat dahsyat. Akhirnya Indra menjamin bahwa ia akan ditemani oleh Dewa Bayu dan Dewa Kama. Setelah yakin dengan jaminan Indra, Menaka menuju ke tempat pertapaan Wiswamitra.
Setelah tiba di tempat tujuan, Dewa Bayu menyebarkan bau harum Menaka untuk memancing asmara Wiswamitra. Setelah Wiswamitra membuka mata, Dewa Bayu menyingkap kain yang dikenakan Menaka. Pada saat itulah, Dewa Kama memanah Wiswamitra dengan panah asmara. Akhirnya, nafsu asmara Wiswamitra bangkit untuk mencintai Menaka.
Selama beberapa tahun keduanya menjalin cinta, tetapi Wiswamitra akhirnya sadar bahwa Menaka hanyalah godaan yang diberikan oleh Indra untuk menggoda tapanya. Dengan sorot mata yang memancarkan kemarahan, Wiswamitra memandang Menaka. Menaka gemetar ketakutan dan memohon ampun di hadapan Wiswamitra supaya ia tidak dikutuk, sebab ia hanya menjalankan tugas.
Wiswamitra tidak mengutuk Menaka, tetapi ia kecewa sebab pantangan yang ia taati selama bertahun-tahun dilanggarnya karena telah menjalin cinta dengan bidadari Menaka. Akhirnya Wiswamitra pergi meninggalkan Pushkara dan pergi menuju Himalaya untuk melanjutkan tapanya. Beberapa versi mengatakan bahwa Wiswamitra mengutuk Menaka agar mereka melupakan segala cintanya.
Karena telah menyelesaikan tugasnya, Menaka kembali ke kahyangan, tetapi ia juga hamil setelah menjalin hubungan asmara dengan Wiswamitra. Di hulu sungai Malini yang terletak di kaki Gunung Himalaya, Menaka melahirkan seorang bayi perempuan. Bayi tersebut ditinggalkan begitu saja sementara sang ibu terbang ke kahyangan.
Kemudian Bagawan Kanwa yang sedang berada di dekat sungai Malini menemukan bayi tersebut sedang dijaga oleh burung Sakuni. Karena kasihan, bayi itu dipungut lalu diberi nama "Sakuntala", oleh sebab ia dirawat oleh burung Sakuni. Sakuntala lalu menikah dengan Duswanta, dan melahirkan seorang raja terkenal yang bernama Bharata.
Setelah melakukan tapa yang berat selama bertahun-tahun di Himalaya, Dewa Brahma muncul dan memberi gelar "Maharesi" kepada Kaushika. Namun Kaushika masih kecewa dengan gelar yang diperolehnya sehingga ia melakukan tapa lagi. Melihat keteguhan hati Kaushika, para dewa terperanjat.
Kemudian mereka mengirim bidadari Ramba untuk menggoyahkan tapa Kaushika. Dengan diiringi Dewa Kama (cinta) dan roh musim semi, Ramba pergi untuk menggoda Kaushika. Mereka menciptakan suasana indah di hadapan Kaushika. Karena merasa terganggu, Kausika membuka matanya dan melihat seorang bidadari tersenyum di hadapannya.
Pemandangan yang membangkitkan hawa nafsu tersebut membuat Kaushika sadar, lalu ia mengutuk Ramba agar menjadi batu selama sepuluh tahun (beberapa versi mengatakan seribu tahun). Namun Kaushika kecewa karena kemarahan tersebut telah menghancurkan kemurnian tapa yang ia lakukan bertahun-tahun. Dengan kecewa, ia pergi ke hutan rimba di Himalaya timur dan menempuh tapa yang berat di tempat tersebut.
Setelah melakukan tapa yang keras selama bertahun-tahun, badan Kaushika mengeluarkan asap dan menyelimuti bumi. atas permohonan para dewa, Brahma muncul di hadapan Kaushika. Kemudian Dewa Brahma memberi gelar "Brahmaresi" kepada Kaushika. Ia juga mengubah nama Kaushika menjadi Wiswamitra, yang berarti "teman semua orang" karena kasih sayangnya yang tak terbatas.
Wiswamitra senang mendengar hal tersebut, tetapi ia masih belum puas apabila ia
tidak mendengar langsung bahwa Resi Wasista mengakuinya sebagai Brahmaresi.
Saat ia masih sangsi, tiba-tiba Resi Wasista muncul di hadapannya dengan senyum
penuh persahabatan dan memeluk Wiswamitra. Ia juga mengakui bahwa Wiswamitra
adalah seorang Brahmaresi. Pada saat itu juga, permusuhan antara Wiswamitra dan
Wasista lenyap kemudian berubah menjadi persahabatan. (TB)