Ist. Antonius Rio Alex Bulo lahir di Sleman pada tanggal 2 Mei 1975. Ia memiliki darah Sulawesi. Rio tumbuh menjadi seorang anak yang naka...
Ist. |
Antonius
Rio Alex Bulo lahir di Sleman pada tanggal 2 Mei 1975. Ia memiliki darah
Sulawesi. Rio tumbuh menjadi seorang anak yang nakal. Karena kenakalannya itu,
sampai membuat orang tuanya menyerah untuk mengurusnya. Padahal saat itu ia
masih berusia 8 tahun, namun ia sudah sangat nakal. Karena sulit diurus, orang
tuanya pun mengungsikan Rio kecil dari Sleman Yogyakarta ke Jakarta. Ia ke
jakarta diajak oleh kakak sulungnya yang berusia lebih tua 12 tahun darinya.
Tinggal
di tempat yang baru ternyata Rio tak juga mau berubah. Di Jakarta ia malah
semakin nakal. Ia juga menolak permintaan ayahnya untuk ikut pindah agama yang
dipeluk sang ayah. Atas penolakannya tersebut, sang ayah pun tak mengakuinya
lagi sebagai seorang anak.
Rio
pun semakin liar karena tak mendapatkan kasih sayang dari keluarga. Dia pun
berteman dengan preman di kawasan Pasar Senen Jakarta. Ia sering bolos sekolah,
suka mabuk-mabukan hingga terjerumus ke lubang hitam narkoba dengan menggunakan
ganja.
Ia
pun hidup di dalam dunia yang penuh dengan kekerasan dan kejahatan. Di Jakarta
ia berusaha bertahan hidup dengan melakukan kejahatan. Ia menjual surat-surat
kendaraan palsu. Dalam perjalanannya menjadi penjahat, ia menemukan jodohnya yakni
seorang perempuan bernama Tuti Alawiyah dan menikahi perempuan itu. Dari
pernikahan itu, ia memiliki tiga orang anak yakni Jerry, Jessica, dan Jenny.
Setelah
menikah, Rio banting setir dari penjual surat-surat palsu menjadi seorang
pencuri mobil. Namun kejahatannya itu selalu disembunyikan kepada istrinya.
Kepada sang istri, ia mengaku sebagai seorang penjual pakaian. Sebagai penjahat
kelas kakap, dalam tiga hari ia bisa mencuri sebanyak tiga mobil. Hal itulah
yang membuat hidupnya semakin menanjak dan semakin makmur.
Namun
ternyata nasibnya tak selalu mujur. Ia pun masuk bui setelah penadahnya
melaporkan dirinya ke polisi karena melarikan mobil bosnya itu. Mendekam di
penjara tak membuat Rio kapok dan jera.
Ia
malah meneruskan pekerjaannya sebagai pencuri mobil. Hal ini ia lakukan karena
sudah kadung menerima persekot mencuri mobil. Namun kini ia berpindah tempat.
Ia
sadar jika masih beroperasi di Jakarta, aksinya akan mudah terendus. Apalagi
dirinya sudah terkenal sebagai penjahat di Jakarta. Rio pun memutuskan pindah
ke luar Jakarta seperti Surabaya, Semarang, dan Bandung. Ia juga mengganti
modusnya saat mencuri.
Kini
ia membekali dirinya dengan martil untuk menghabisi korbannya jika
diperlukan. Mulanya hanya satu martil saja, kemudian jadi dua untuk mempersigap
aksinya. Sasaran utama kejahatan Rio adalah pengusaha rental mobil.
Aksi
pertamanya setelah keluar penjara yakni di daerah Surabaya. Dengan martil
mautnya, dia menghabisi pengusaha rental mobil dan menggondol sedan Mercy. Sementara
itu, di Semarang, Rio melarikan Izusu Panther setelah menggetok mati dua orang
dengan martil kesayangannya. Di Yogyakarta, percobaan pembunuhannya gagal.
Antara
tahun 1997 hingga tahun 2001, Rio diketahui membunuh setidaknya 4 orang. Tiga
korban tewas digetok martil dalam dua peristiwa berlainan di Bandung dan Semarang.
Seorang korban di Yogyakarta bagaimanapun dapat menyelamatkan diri.
Takut perbuatannya terbongkar, Rio lalu beralih ke Purwokerto.
Pada
12 Januari 2001, Rio menghabisi Jeje Suraji di kamar no. 135 hotel
Rosenda, Baturaden, Purwokerto. Ia mengincar mobil Timor milik penguasaha
rental sekaligus pengacara ini. Namun, petugas hotel mencurigai gerak-gerik
Rio. Begitu Rio keluar, kamarnya diperiksa dan ditemukan punuh bercak darah di
dinding dan langit-langit. Sementara di tempat tidur, jasad Jeje ditutup dengan
selimut.
Pembunuhan
terhadap Jeje ini adalah akhir petualangan kriminal Rio. Ia yang saat itu masih
berada di halaman parkir berhasil diamankan petugas hotel dan diserahkan kepada
polisi.
Pada
14 Mei 2001, PN Purwokerto menjatuhkan hukuman mati kepada Rio. Dalam
persidangan inilah aksi kejahatan Rio terbongkar dan mulailah ia mendapat
julukan sebagai Rio Martil. Dilansir dari laporan Kompas, 3 Juni 2001, Rio
menyatakan menyesal dan bertekat untuk bertobat, "Saya bersyukur karena
tidak mati pada saat sedang melakukan kejahatan. Akan tetapi, mati dalam hukuman,
mati ketika dalam proses pertobatan," Kata Rio.
Selama
menunggu eksekusi Rio mula-mula mendekam di LP Kedungpane, Semarang lalu
dipindah ke Nusakambangan pada Agustus 2004. Di rumah barunya ini rio
bertemu dengan seorang koruptor yang bernama Iwan Zulkarnaen. Sang koruptor ini
divonis 16 tahun. Karena sama-sama dari Sulawesi, Rio dan Iwan cepat akrab.
Bahkan Iwan mengajari Rio mengaji.
Namun
empat bulan setelah pertemuannya dengan Iwan, Rio malah membunuh Iwan. Hanya
karena diledek Iwan bahwa dia hanya bertaji di luaran saja, Rio naik pitam.
Segera dia hantamkan kepala guru mengajinya itu ke tembok sel. Dia menghabisi
nyawa Iwan dengan tangan kosong, tanpa sang martil maut. Rio pun membunuh Iwan
tepat di hari ulang tahunnya yang ke 27 tahun pada 2 Mei 2005.
Segala prosedur hukum sudah dicoba untuk mencegah eksekusi Rio, sedari banding hingga upaya memohon grasi dan peninjauan kembali. Namun semuanya kandas. Tanggal 8 Agustus 2008 dini hari Rio Martil menjalani hukuman matinya di Karangtengah, Cilongok, Banyumas.
Sebelum pelaksanaan eksekusi mati, ia juga telah bertemu dengan isterinya Tuti Alawiyah dan ketiga anaknya Jerry, Jessica, dan Jenny. Dalam pertemuan yang penuh haru selama kurang lebih 1,5 jam itu, Rio meminta agar ia dimakamkan di Jakarta. Rio juga menitipkan baju muslim atau koko berwarna putih kepada isterinya untuk diberikan kepada orang yang taat beribadah.
Jenazah Rio dimakamkan di TPU Desa Kejawar, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada siang harinya. Pemakamannya dihadiri ketiga anak serta istri Rio. Diwakili istri dan juga lewat pengacaranya, Pranoto, Rio meminta maaf kepada keluarga para korban. (TB)
Sumber:
https://news.detik.com/berita/d-5490635/serial-killer-rio-pembunuh-brutal-bermodal-martil/2
Koran
Kompas
https://id.wikipedia.org/wiki/Rio_Martil