Sumber: id.wikipedia.org Kisah tentang Calon Arang masih sangat mengakar di Bali. Hingga saat ini kisah tersebut masih ada dan sering dip...
Sumber: id.wikipedia.org |
Kisah
tentang Calon Arang masih sangat mengakar di Bali. Hingga saat ini kisah
tersebut masih ada dan sering dipentaskan dalam seni Calonarang. Di Bali, sosok
Calon Arang lebih dikenal sebagai Rangda Nateng Girah atau janda yang berkuasa
di Desa Girah. Bahkan Rangda Nateng Girah ini disebut sebagai ratu leak yang
sangat sakti.
Lalu
siapakah sebenarnya sosok asli dari Calon Arang atau Rangda Nateng Girah?
Dilansir
dari buku Calonarang Dalam Kebudayaan Bali yang disusun Prof. Dr. Phil. I Ketut
Ardhana, MA, Dr. I Ketut Setiawan. M.Hum, Dra. Sulandjari, MA, Dr. A.A. Gd. Raka,
M.Si. dituliskan jika tokoh wanita sakti yang memiliki kekuatan supernatural digambarkan
sebagai penyembah Dewi Durga yang disimbolisasikan sebagai kekuatan jahat yang
bisa menimbulkan efek negatif bagi lingkungannya.
Oleh
karenanya kisah tentang Calon Arang itu sangat ditakuti oleh oleh masyarakat,
sehingga seni pertunjukan yang membawakan kisah tentang wanita yang sakti ini ,
harus menjalani ritual tertentu. Bahkan dikalangan masyarakat meyakini bahwa
jika menonton pertunjukan ini harus diselesaikan sampai tuntas, karena jika
sudah meninggalkan tempat pertunjukan yang belum selesai bisa menimbulkan
akibat yang tidak diharapkan.
Dikatakan
pula bahwa nama asal dari Calon Arang adalah Dayu Datu dari desa Gurah, Kediri,
Jawa Timur. Di Kediri Jawa Timur, kata girah terkadang disebut sebagai gurah,
yakni Desa Gurah. Kisah tentang Calon Arang ditemukan pada awalnya da lam
bahasa Sansekerta, kemudian diterjemahkan dalam bahasa Kawi, bahasa Jawa
Tengahan, dan terakhir adalah diterjemahkan kedalam bahasa Jawa Baru seperti
sekarang.
Kisah
bersejarah Calon Arang dimulai dari konfliknya dengan raja Airlangga. Hal ini
dipicu oleh kemarahan Calon Arang yang merasa kecewa karena Raja Airlangga
belum juga mau mempersunting Ratna Manggali puterinya, seperti yang diinginkannya.
Rasa marah dan kecewa membuat penguasa desa Girah ini menjadi bersikap keras dan
tidak toleran, sehingga tidak ada yang berani mendekati apalagi melamar
puterinya.
Keadaan
inilah yang memicu perangai tokoh ini menjadi semakin tidak terkendali. Janda
yang tinggal di desa Girah ini diperkirakan sebagai isteri Mpu Kuturan yang
karena merasa tidak sanggup lagi menasehati isterinya yang memepelajari ilmu
hitam, kemudian meninggalkannya pergi mengembara ke Bali.
Setelah
kepergian suaminya, Calon Arang semakin sibuk untuk memperdalam ilmunya yang
sering disebut orang sebagai ilmu leak, yang ditandai dengan kesaktian atau aji
Gumbalageni. Kesaktiannya ini juga didukung oleh jimat atau pusaka yang berupa kitab
atau buku kuna. Dilukiskan jika kesaktian itu memperlihatkan Calon Arang mengeluarkan
api dari mata, mulut, telinga serta sekujur tubuhnya. Musuh yang didekatinya
akan terbakar paling tidak akan merasa sangat kepanasan.
Dibakar
rasa amarahnya kepada raja Airlangga, Calon Arang berniat menghancurkan
kekuasaan raja Kahuripan itu dengan menyebar pageblug atau wabah penyakit di
antara rakyat Kahuripan. Untuk itu penguasa desa Girah ini dibantu
muri-muridnya minta bantuan Bethari Durga lewat upacara di Setra Gandamayu.
Dalam
upacara ini, Calon Arang meletakkan kitab pusakanya di bagian bawah kaki patung
dewi Durga, sambil menari-nari diiringi murid-muridnya dengan maksud menggugah
belas kasih dewi Durga agar menolongnya untuk mendatangkan wabah penyakit dan akhirnya
kematian bagi seluruh rakyat di Kahuripan.
Lebih
lanjut dikisahkan bahwa segera sesudah prosesi upacara/ ritual itu selesai, maka
terjadilah pageblug atau wabah penyakit yang melanda di seluruh wilayah
kerajaan Kahuripan, sehingga mengakibatkan banyak kematian penduduknya.
Ilmu
teluh (guna-guna) yang disebarkan oleh Calon Arang, mengakibatkan suasana di wilayah
kerajaan Kauripan menjadi mencekam, dan penduduknya merasa sangat ketakutan.
Kesaktian ilmu seperti itu, hingga kini di Bali sering disebut sebagai leak.
Lewat
pertapaan raja Airlangga memperoleh wangsit yang menyatakan bahwa yang bisa mengalahkan
Calon Arang hanyalah soerang pendeta dari Lemah Tulis (wilayah Kauripan), Mpu
Bharadah.
Kemudian
pasukan Kauripan dikirim ke desa Girah untuk menumpas kejahatan janda sakti
ini. Akan tetapi pasukan Kauripan iniI dipaksa mundur oleh kesaktian Calon Arang
dan anak buahnya.
Melalui
petunjuk dewa, raja menugaskan Mpu Bharadah untuk menghadapi dan menumpas
kekuatan penguasa desa Girah ini. Dengan cara mengawinkan salah seorang
muridnya yang bernama mpu Bahula dengan Retno Manggali, Mpu Bharadah berhasil
mendekati lingkaran kekuatan Calon Arang.
Cukup mudah bagi Bahula untuk melamar puteri Calon Arang karena gurunya, Mpu Bharadah masih satu perguruan dengan penguasa desa Girah itu. Disamping itu, Mpu Bharadah merupakan adik Mpu Kuturan. Kitab pusaka sebagai sumber kesaktiannya, berhasil diambil oleh muridnya melalui Ratna Manggali, yang kemudian dipelajari oleh Bharadah untuk mengetahui titik kelemahan kesaktian Calon Arang.
Dalam
upayanya untuk membasmi kekuatan jahat Calon Arang, Mpu Bharadah mencoba untuk
menemui Calon Arang di Desa Girah. Ketika perjalanannya sampai di pertengahan
kuburan Desa Girah, bertemu dengan 2 orang murid Calon Arang yang sengaja menemuinya
untuk memohon ampun atas segala dosanya.
Mpu
Bharadah menjawab bahwa dia tidak akan memberi pengampunan, sebelum gurunya
bertobat dari segala dosanya. Rupanya Mpu Bharadah masih harus menunggu Calon
Arang yang masih menyelesaikan upacara sembahyangnya kepada Dewi Durga di
tempat pemujaan yang terletak di kuburan.
Ketika
pertemuan terjadi, Calon Arang menyambutnya dengan ramah sambil meminta nasehat
atau wejangan yang akan menjadikan baik baginya. Mpu Bharadah menjawab bahwa
orang seperti Calon Arang yang telah melakukan kejahatan dan pelanggaran hukum
dengan membunuh banyak orang sehingga mengakibatkan kesedihan dan kekacauan
bagi rakyat dan kerajaan hanya untuk melampiaskan amarahnya kepada raja, maka
cara yang terbaik baginya adalah hukuman mati. Mendengar perkataan itu, Calon Arang menjadi
sangat murka sambil mengatakan bahwa dia akan membalasnya dengan kebinasaan dan
mengubah dunia (kerajaan) menjadi neraka.
Seketika
itu Calon Arang melakukan gerakan salto, kaki di atas dan berdiri dengan
tumpuan dua tangannya dan mempelototi mpu Bharadah. Ketika sudah berdiri dengan
kakinya kembali, dengan nada garang Calon Arang mengancam untuk membunuh mpu
Bharadah dengan sorotan matanya yang bisa mengeluarkan semburan api. Untuk
menakut-nakuti lawannya. Calon Arang segera mengarahkan pandangannya ke arah pohon
beringin besar yang ada di dekat mereka. Dalam waktu singkat pohon beringin besar
itu menjadi layu , mati terbakar. Calon Arang segera mengerahkan semua kekuatannya,
mata, hidung, telinga dan mulutnya menyemburkan api seolah membakar tubuh mpu
Bharadah.
Namun
kesaktian itu tidak mampu menghanguskan Mpu Bharadah, bahkan sebaliknya kesaktian
tokoh spiritual istana ini berhasil mengalahkan dan membunuh adik
seperguruannya itu. Akan tetapi mpu Bharadah segera menghidupkan kembali jasad
janda penguasa desa Girah itu, agar dapat memberi pengampunan atas segala
dosanya.
Ketika
tahu dirinya dihidupkan kembali, Calon Arang menjadi murka, merasa tersinggung
atas perlakuan kakak seperguruannya itu kepadanya. Sebaliknya ketika dia tahu
bahwa Mpu Bharadah bermaksud menghapus dosa atau kesalahannya wanita sakti itu
merasa sangat bahagia, dan langsung menyembah kaki mpu Bharadah sebagai
ungkapan rasa terimakasih. Segera setelah menerima pengampunan dosa dan nasehat
dari mpu Bharadah. Maka dengan rasa bahagia dia menyampaikan selamat tinggal
kepada saudara seperguruan sekaligus tokoh yang sudah mengalahkannya. (TB)