Istimewa 7 November 2005 pagi, sekitar pukul 08.00 Wita, Bali geger dengan penemuan potongan tubuh. Potongan tubuh ini ditemukan di dekat ...
Istimewa |
7
November 2005 pagi, sekitar pukul 08.00 Wita, Bali geger dengan penemuan
potongan tubuh. Potongan tubuh ini ditemukan di dekat Pura Puncak Sari di
perbukitan Baturiti, Dusun Taman Tanda, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti,
Tabanan, Bali. Potongan tubuh ini ditemukan oleh warga bernama I Nyoman Ganti
dengan kondisi yang sangat mengenaskan dan mengerikan karena tanpa kepala dan
kedua kaki.
Ganti
menemukan mayat korban dalam bungkus tas jinjing warna hitam yang tergeletak di
bawah pohon dadap di areal tegalan miliknya. Ia awalnya merasa curiga, karena tas
itu sempat ia bolak-balik dan isinya lembek dan berat seperti daging.
Ia
pun lalu memanggil tetangganya yang bernama Komang Loso. Mereka membuka tas itu
lalu keduanya pun terkejut karena isinya tubuh manusia tanpa kepala dan kaki. Ia
pun langsung berteriak melolong memanggil tetangganya.
Penemuan
itu pun membuat gempar dan langsung dilaporkan ke polisi. Polisi yang datang ke
lokasi, tak menemukan informasi secuil pun yang bisa membantu Kepolisian Sektor
Baturiti untuk mengungkap identitas korban. Polisi hanya bisa mencatat
ciri-ciri korban yakni berkulit putih dan halus. Jenazah tersebut diketahui
merupakan seorang laki-laki.
Dalam
kesempatan itu, Kapolres Tabanan saat itu, AKBP I Gede Alit Widana beserta anak
buahnya juga datang ke TKP untuk mengevakuasi jenazah. Jenazah kemudian dibawa ke
RSUP Sanglah.
Dari
hasil pemeriksaan sementara, diperkirakan mayat laki-laki itu berumur sekitar
35 tahun, tinggi 160 centimeter dengan bentuk badan badan atletis, dan
bercelana dalam merek calvin clien. Diduga, dengan kondisi tubuh mayat yang
belum membiru legam, korban dibunuh di tempat lain dan kemudian dibuang di TKP
oleh pelaku dalam perjalanan dari arah Denpasar menuju Singaraja. Polisi pun
menyisir daerah sekitar lokasi untuk mencari potongan kepala serta ke dua kaki
korban.
Selang
sepekan kemudian, warga menemukan potongan sepasang kaki di hutan bakau di
Jalan By Pass, Ngurah Rai, Kuta, Bali. Mendapat laporan, polisi langsung menuju
ke kawasan tersebut.
Polisi
pun memastikan potongan tubuh ini masih berhubungan dengan korban mutilasi di
Baturiti yang berjarak 50 kilometer. Meski demikian, kasus penemuan mayat ini
masih menyisakan teka-teki besar. Apalagi kepala korban belum ditemukan.
Geger
penemuan mayat tanpa kepala tersebut ternyata menggelisahkan karyawan
perusahaan furnitur di kawasan Kendal, Petitenget, Kuta. Mereka khawatir
lantaran ciri-ciri korban yang secara detail diungkapkan di media massa mirip
dengan atasannya Liep Kin Fang yang hilang mendadak sejak Ahad dini hari, 6
November 2005.
Bersama
keluarganya dan beberapa karyawan berangkat ke kamar mayat untuk
mengidentifikasi korban. Apa yang dikhawatirkan ternyata benar. Korban mutilasi
itu memang Liep Kin Fang, pengusaha berusia 37 tahun asal Bandung, Jawa Barat
yang selama ini memasok barang-barang kebutuhan hotel.
Berbekal
informasi itu, polisi pun segera mengembangkan penyelidikan. Beberapa waktu
kemudian, polisi mendapat informasi jika rekening Kin Fang dikuras melalui
anjungan tunai mandiri (ATM) di kawasan Kuta.
Setelah
ditelusuri, polisi berhasil mengendus keberadaan pelaku pembunuhan itu. Tanggal
22 November 2005, polisi memastikan tersangka pernah tinggal di Trisakti
Cottage, Legian, Kuta. Noda darah di sebuah kamar penginapan itu menguatkan
dugaan bahwa korban dibantai di tempat tersebut.
Dari
keterangan penghuni kamar sewa itu, polisi bisa mengungkap identitas pelaku.
Tiga orang ditangkap. Rafli Adi Malik alias Arik, Deni Candra dibekuk di Desa
Pondok Udik, Parung, Bogor, Jawa Barat. Sedangkan Hendrawan atau Adek lebih
dulu diciduk di rumahnya yang berada di Garut, Jabar.
Sementara
itu, selama di Bali, Candra tinggal di Jalan Benesari, Kuta. Mereka pun
langsung digiring untuk mencari potongan kepala Kin Fang yang belum ditemukan.
Dari pelaku tersebut, polisi kemudian melakukan pengembangan kasus. Setelah
itu, ternyata, kepala korban itu ditemukan sekitar 150 meter sebelah selatan
Patung Ngurah Rai, Kuta.
Meski
seluruh tubuh korban sudah ditemukan dan tersangka telah ditangkap, polisi
belum bisa mengungkap motif pembunuhan yang disertai mutilasi itu. Diakui
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Bali Komisaris Besar Polisi
A.S. Reniban, pihaknya masih bingung melihat pembunuhan yang sedemikian rapi
dan terencana itu hanya untuk mengambil uang Kin Fang sebesar Rp 25 juta. Atas
alasan itu pula, tersangka tak dibolehkan memberi keterangan langsung kepada
pers.
Sementara
itu kakak ipar korban mengatakan para tersangka kemungkinan terlebih dahulu
menyiksa Kin Fang. Menurutnya para tersangka mengaku membawa korban ke Trisakti
Cottage sekitar pukul 16.00 WITA. Mereka membunuh dengan membekap kepala Kin Fang
menggunakan kantong plastik. Tangan dan kaki korban diikat kawat. Selanjutnya,
tubuh korban dipotong-potong di atas bathtub atau bak untuk berendam.
Jika melihat hasil visum yang menyatakan korban meninggal sekitar pukul 22.45
WITA, ia memperkirakan adiknya disiksa selama enam jam.
Polisi
pun bekerja keras berusaha menguak misteri di balik pembunuhan itu. Candra yang
dikenal beberapa karyawan Kin Fang sebagai pengusaha yang tengah mencari mitra
masih diusut. Namun apa pun motifnya, perbuatan keji para tersangka tak bisa
dimaafkan apalagi oleh keluarga Kin Fang.
Mereka
tak pernah mengerti kenapa putra bungsu dari delapan bersaudara itu harus
disiksa lebih dulu sebelum akhirnya dipotong-potong. Walau demikian, mereka
menyerahkan sepenuhnya kepada polisi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
Akhirnya
Kabid Humas Polda Bali Kombes Polisi AS Reniban dalam jumpa pers di Polda Bali,
Jalan WR Supratman, Denpasar, Jumat 2 Desember 2005 mengatakan, mutilasi
tersebut murni bermotif perampokan. Dari hasil perampokan tersebut, Hendrawan
mendapat bagian Rp 7 juta Rupiah. Sebelum menguras uang korban, ketiga
tersangka membunuh korban di sebuah temat di jalan Legian, Kuta. (TB)