ist Sebagai orang Bali, kita harus bangga karena gambelan Bali semakin dikenal di dunia internasional. Bahkan gambelan Bali ini kini menja...
![]() |
ist |
Sebagai orang Bali, kita harus bangga karena gambelan Bali semakin dikenal di dunia internasional. Bahkan gambelan Bali ini kini menjadi sountrack atau musik pengiring game PS5. Game tersebut telah rilis pada 21 September 2021 lalu. Dimana game tersebut berjudul Kena: Bridge of Spirits. Tak hanya itu, pengisi suara pada tokoh utama game ini adalah orang Bali.
Diketahui, game Kena: Bridge of Spirits ini merupakan Ember Lab yang merupakan studio game Amerika Serikat (AS). Game tersebut bisa dimainkan di PlayStation 5 (PS5) yang dirilis oleh Sony Interactive Entertainment.
Dilansir dari inet.detik.com, iringan musik gambelan Bali yang digunakan ini
diciptakan oleh seniman Bali bernama Dewa Putu Berata bersama Sanggar Seni
Cudamani. Sanggar ini berasal dari Banjar Pengosekan, Desa Mas, Kecamatan Ubud,
Kabupaten Gianyar.
Menurut Dewa, ide memasukkan unsur gamelan Bali ini datang dari komposer game yakni Jason Gallaty. Jason Gallaty awalnya menemukan gamelan jegog dari Bali barat melalui YouTube. Jason lalu mencari grup musik Bali di Amerika. Dari sanalah Janson Gallaty menemukan grup Gamelan Sekar Jaya yang berada di AS.
Di Gamelan Sekar Jaya, Dewa Barata adalah music director. Dewa Berata lalu
menggarap musik game Kena: Bridge of Spirits bersama Sanggar Seni Cudamani yang
didirikannya.
Menurut Dewa Berata, dirinya berkeinginan agar musik gamelan tersebut original berasal dari Bali. Terlebih ini merupakan proyeknya yang pertama dalam mengisi musik video game. Dan orisinalitas ini juga sesuai keinginan dari Jason Gallaty.
Selain itu, grup Gamelan Sekar Jaya di Amerika Serikat sangat sulit dalam mengatur waktu karena sudah mempunyai program. Mereka hampir setiap hari latihan dengan grup yang berbeda.
Tak hanya itu, teknik dan penguasaan rasa juga turut menjadi pertimbangan Dewa Berata mengapa dirinya menggarap bersama Sanggar Seni Cudamani. Menurutnya, orang di Sanggar Seni Cudamani sudah memiliki rasa yang klop dengan gamelan karena sudah lama berkecimpung dalam dunia tersebut.
Dewa Berata juga mengatakan jika komposer dari game Kena: Bridge of Spirits, Jason Gallaty mempunyai pandangan yang bagus terhadap gamelan Bali. Jason enggan mencomot gamelan Bali begitu saja untuk pembuatan video game besutan Ember Lab tersebut.
Selain itu, Dewa Berata juga menuturkan jika dalam cerita dalam game Kena: Bridge of Spirits terdapat adegan mengembalikan roh. Sebab yang dilawan oleh Kena adalah batu atau kayu yang terperangkap roh jahat. Konsep inilah yang dikenal Dewa mirip seperti ritual Mecaru di Bali yang bermaksud untuk 'nyomia' atau mengembalikan roh jahat ke asalnya.
Untuk Sanggar Seni Cudamani yang terlibat dalam pembuatan musik ini, kurang
lebih 35 orang. Mereka terdiri atas musisi maupun penari yang ditugaskan
menyanyi atau sinden.
Menurut Dewa Berata, game Kena: Bridge of Spirits mempunyai hubungan dengan
Bali, khususnya mengenai dunia animisme di Indonesia.
Karena itu pula Dewa Berata menjadi tertarik untuk bergabung dalam pembuatan game tersebut dari sisi musik. Di sisi lain, dirinya juga berharap agar bagi generasi muda, komposer, penari film dan sebagainya lebih berani berkarya dan menunjukkan jati dirinya. Sebab Indonesia punya keunikan yang luar biasa, baik musik, tari, kehidupan.
Sementara itu, dilansir dari kompas.com, dalam pembuatan game ini juga melibatkan pengisi suara asal Bali yang bernama Dewa Ayu Dewi Larassanti. Dewa Ayu menjadi pengisi suara dari tokoh utama alias protagonis yang bernama Kena. Perempuan yang akrab dipanggil Ayu itu merupakan mahasiswa yang sedang menjalani studi di Universitas California Los Angeles (UCLA) jurusan World Arts and Cultures. Ia mengaku baru pertama kali terjun ke dunia voice acting.
Dewa Ayu diketahui sejak umur lima tahun sudah mendapatkan keterampilan seni
dari grup musik dan penari asal Pengosekan, Bali yang bernama Cudamani. Di grup
yang memainkan alat musik gamelan dan perkusi tersebut, tak jarang Ayu tampil
untuk menghibur para penonton dari atas panggung.
Kena: Bridge of Spirits juga turut diwarnai dengan sentuhan musik khas Bali, di mana Cudamani juga menjadi salah satu band yang merancang aransemen musik game tersebut. Ayu menyebut kehadiran Cudamani bisa menjadi representasi dari alat musik gamelan di ranah global.
Selain Cudamani, ilmu seni juga didapatkan dari ibunya yang bernama Emiko yang merupakan aktor pengisi suara profesional. Karena baru pertama kali terjun ke voice acting, Emiko disebut kerap membimbing, mengajari, dan melatih Ayu untuk mengisi suara karakter Kena.
Ayu sendiri mengaku merasa nyaman menjalankan tugasnya untuk mengisi suara
Kena. Sebab, banyak nilai-nilai Kena yang diklaim identik dengan Ayu, salah
satunya adalah hubungan keduanya dengan sosok ayah.
Ayu
mengatakan, ada beberapa sifat Kena yang dianggapnya inspiratif dan bisa
diterapkan dalam kehidupannya. Di antaranya seperti sosok wanita yang sabar,
pemberani, dan baik pada semua orang. Kendati nyaman dan hanya menjadi pengisi
suara, Ayu sebenarnya juga harus menggunakan gestur tubuh agar lebih bisa
merasakan dialog yang menggambarkan aksi dari sosok Kena. Bahkan, ia mengaku
kesulitan untuk membuat aneka efek suara, yang menyertai berbagai aksi yang
dilakukan Kena yang dianggapnya sebagai olahraga. (TB)