Ist Oleh para leluhur, pura ini konon sudah dibangun tahun 1870-an. Namun karena lama tak terawat pura ini pun hilang. Hingga akhirnya kem...
Ist |
Oleh
para leluhur, pura ini konon sudah dibangun tahun 1870-an. Namun karena lama
tak terawat pura ini pun hilang. Hingga akhirnya kembali di temukan di tengah
sawah oleh petani yang bekerja di sana dalam bentuk pondasi.
Pura
ini bernama Pura Agung Manik Batu yang berlokasi di kawasan
Subak Kerdung, Desa Pakaraman Pedungan, Kelurahan Pedungan Denpasar Bali. Untuk
mencapai pura ini pemedek lewat di Jalan Pulau Buingin dan setelah itu berbelok
ke arah selatan ke jalan menuju Subak Kerdung. Pura ini akan ditemui di sisi
kiri jalan pada subak tersebut.
Pekaseh Subak Kerdung,
Wayan Tama dilansir dari Tribun Bali mengatakan, pura ini awalnya dibangun
tahun 1873 oleh para leluhurnya. Akan tetapi, karena lama tak terawat, pura ini
pun capuh atau menghilang.
Setelah
hampir ratusan tahun menghilang, pada tahun 2006 pura ini muncul kembali dalam
bentuk pondasi. Pondasi pura ini pun ditemukan secara tak sengaja pada Umanis Galungan,
tanggal 4 Mei 2006. Orang yang menemukan pondasi pura tersebut adalah Jro
Mangku Nyoman Dauh, seorang petani di wilayah Subak Kerdeung yang kini jadi
pemangku di sana.
Saat
itu, Jro Mangku Dauh tengah menggarap sawah miliknya yang terletak di antara
jalan dan sungai. Ia menanam kacang tanah. Setelah nanam ia membersihkan areal
tersebut dan membuat gundukan. Saat bersih-bersih itu dirinya tak menemukan
batu bata di sana.
Akan tetapi setelah kacang itu berumur 1 bulan, saat mau mengairi kacang tanah ia mencangkul di sana. Kedalaman 10 cm cangkulnya kena batu. Ketika digali lebih dalam ternyata ada bebaturan sanggah berbentuk segiempat. Ketika itu, ia pun mengatakan hal itu kepada setiap orang yang lewat dan memintanya untuk melihat. Namun tak ada yang mau melihat.
Siangnya sekitar pukul 14.00 WITA ada satu orang yang tahu tentang spiritual
mau diajak melihat, namun setelah melihat ia lari ketakutan. Sore harinya tiga
ekor sapi yang dipeliharanya lepas dan mengamuk datang ke rumahnya. Ketika itu
juga ada temannya yang datang mengabarkan bahwa ada yang bangkit di sawah
tempat ditemukannya bebaturan itu.
“Saya
mohon ampun di sana mungkin saya ada salah. Usai meminta maaf ada yang
kesurupan. Saya tanya yang kesurupan itu siapa yang datang, ternyata ada seekor
naga di sana yang ngiring Bhatara Sri di sana kerena di sana stana Dewi Sri,” katanya.
Karena kehendak Tuhan, pura itu pun berdiri dan banyak warga yang datang ke sana. Tak hanya dari Denpasar, ada juga dari luar Denpasar dan bahkan luar Bali. Dari dana punia pemedek pura itu pun akhirnya bisa dibangun pura seperti sekarang ini.
Awalnya ia tidak bersedia ngiring menjadi Jro Mangku. Ia dan istrinya pun jatuh sakit dan anaknya lumpuh. Ia pun akhirnya ngiring menjadi Jro Mangku. Setelah itu keluarganya pun kembali sehat. Odalan di pura ini pun kemudian dilaksanakan setiap Umanis Galungan. Setelah berdirinya pura ini, hasil pertanian pun tidak pernah merugi. Masalah-masalah di sawah bisa dinetralisir.
Pura Agung Manik Batu
ini merupakan pura subak tempat berstananya Dewi Sri. Selain itu, pura ini
juga merupakan Pura Umum, karena di sini berstana juga Sang Hyang Tri Murti
yaitu Brahma, Wisnu, Siwa, beserta saktinya yakni Dewi Saraswati, Dewi Sri, dan
Dewi Uma. Pura ini juga merupakan Pesimpangan Ida Ratu Gede Dalem Nusa dan Dewi
Kwam In.
Untuk
Dewi Kwam In dibuatkan pelinggih khusus di Madya Mandala dengan hiasan serba
merah, mulai dari kampuh, tedung dan juga berisi lampion. Di bagian dalam
pelinggih juga ada patung Dewi Kwan In.
Di pura ini juga ada petirtaan yang diberinama air suci sudhamala, yang digunakan untuk melukat oleh para pemedek. Bagi yang akan tangkil ke pura ini untuk melukat biasanya membawa banten berupa pejati dan bungkak atau klungah nyuh (kelapa) gading. Selain melukat, di pura ini juga tempat nunas tamba (meminta obat).
Jika mau minta obat ditambahi bungkak nyuh gadang (kelapa hijau). Orang berobat ke pura ini mulai dari mereka yang menderita penyakit medis maupun non medis. “Mulai dari cemas, sakit fisik semisal lumpuh dan sekarang sudah bisa berjalan. Ada juga psikis. Pada dasarnya keyakinan, kalau tidak yakin sulit,” katanya.
Bagi
yang akan meminta obat ke pura ini diawali dengan melakukan penglukatan di
Patung Dewi Sri yang ada di selatan pura. Pemedek lantas memohon pada Ida Dukuh
Sakti, selanjutnya melakukan persembahyangan di Pelinggih Ratu Gede, Dewi Kwam
In, Hyang Gana Pati (Dewa Ganesha). Selanjutnya, baru melakukan persembahyangan
di utama mandala.
Nanti
di sana memohon, tergantung keluhan dan nanti Ida akan tedun memberikan
petunjuk, atau pawisik lewat mimpi atau yang lainnya. Selain berobat, juga ada
pemedek yang nunas saat akan mencari sekolah, melamar pegawai negeri atau CPNS
hingga meminta keturunan.
Tak
jarang pemedek yang datang ke sana mereka yang akan mengikuti tes CPNS, atau
abdi negara lainnya. Meski tidak semuanya dikatakan berhasil, dapat atau
tidaknya Jero Mangku Nyoman Dauh menjelaskan sesuai ketulusan orangnya sendiri.
Sedangkan yang berhasil dikatakan pasti akan datang kembali dengan menghaturkan
sesajen sesuai apa yang dijanjikan saat ia datang pertama kali ke sana.
Sejak
ditemukan pura tersebut, dikatakan telah terbukti bahwa sebagian
besar yang akan seleksi menjadi abdi negara lulus. “Biasanya mereka yang
pertama datang ke sini untuk mohon kelancaran tes ataupun seleksi palingan
hanya membawa banten pejati saja. Begitu juga dengan diketahuinya pura ini
sebagain besar dari informasi mulut ke mulut,” katanya.
Selain itu, juga ada pemedek yang nunas tamba dari jarak jauh yang berasal dari Lampung. Di sini juga ada beringin putih yang disakralkan. Ini bisa dipakai obat dengan cara dimakan atau dicampur pada air suci untuk melukat. Pemedek yang datang pun dari berbagai wilayah di Bali maupun luar Bali. (TB)